Melihat lebih dekat kondisi ekonomi desa, ada sejumlah desa yang bisa dibilang membanggakan karena mampu membangun desanya dengan sangat baik dan maju. Namun, masih sangat banyak juga desa-desa yang masih dalam kondisi miskin, tidak maju, bahkan tidak berkembang.
Berdasarkan data BPS tahun 2018, Indonesia memiliki 83.931 desa atau wilayah administrasi setingkat desa. Tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2019 mencapai angka 6,69% di daerah perkotaan dan di perdesaan sebesar 12,85%. Pada Maret 2019 jumlah orang miskin di Indonesia masih 15,15 juta jiwa.
Baca Juga: Sudah Miskin, Nyabu Jadi Motif Begal Warteg Beraksi
Kenyataan tersebut menggelitik hadirnya organisasi Asosiasi Pengusaha Desa Indonesia (Apedi) yang didirikan 12 Desember 2019 sebagai bentuk dari kepedulian para pelaku usaha di seluruh Indonesia untuk mempercepat proses pembangunan desa sejahtera dan mandiri.
"Apedi adalah organisasi yang independen nonpolitik, Apedi terpanggil meningkatkan kontribusinya di dalam membangun ekonomi masyarakat di perdesaan, yang umumnya identik dengan kemiskinan," ujar Yelda Rugesty, Juru Bicara Nasional Apedi, dalam deklarasi Apedi, Jumat (30/1/2020).
Lebih lanjut Yelda menjelaskan, peran Apedi pada prinsipnya mengupayakan agar program-program pembangunan di wilayah perdesaan tidak hanya dilihat dari aspek keterbatasan finansial rakyat miskin saja, tetapi juga membuat program-program yang menggerakkan roda perekonomian desa. Di antaranya, meningkatkan kerja sama dengan masyarakat desa dan seluruh stakeholders terkait di pusat dan daerah dalam mengatasi masalah masalah keterbatasan kemampuan SDM masyarakat pelaku usaha di desa dalam mengelola berbagai potensi sosial ekonomi desa, mengakses faktor-faktor produksi, modal usaha, teknologi produksi, distribusi, dan pemasaran.
Dalam hal tersebut, Apedi berperan sebagai mitra pemerintah pusat dan daerah, dan mitra lembaga ekonomi desa di antaranya Koperasi, BUMDES dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa (mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, pengetahuan, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran dalam pengelolaan pemanfaatan sumberdaya perdesaan, melalui perannya selain sebagai kontributor pengembangan investasi di perdesaan).
Apedi juga berperan sebagai mediator dan katalisator dalam memberi masukan kebijakan, masukan program afirmatif, dan menjadi bagian dari pelaksana publik private partnership sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat desa.
Ada empat program unggulan yang akan dilaksanakan oleh Apedi?yakni JaDDoel (Jaringan desa online), AWSEM (antar-warung sembako murah), DEMEN (desa mandiri energi), dan DIVIDEN (Desa Investasi dan eksport nasional).
Program JaDOel? bertujuan meningkatkan pendapatan desa melalui layanan desa online. Program AWSEM program warung sembako murah bagi masyarakat desa khususnya yang berada di wilayah desa-desa yang memiliki ketimpangan harga sembako yang cukup tinggi dan penyediaan angkutan murah bagi desa.
"Kami akan melakukan kerja sama dengan PT ESEMKA (mobil ESEMKA) buatan dalam negeri, membangun jaringan warung grosir dan ekspedisi di setiap desa mitra Apedi," ujar Yelda.
Selanjutnya program DEMEN yaitu memanfaatkan sumber daya alam perdesaan untuk kebutuhan energi listrik di wilayah perdesaan yang belum tersentuh aliran listrik PLN. Misalnya berupa program-program wireless electricity, listrik tanpa transmisi menggunakan energi matahari (solar energy) angin, dan lain-lain. Nantinya, layanan kebutuhan listrik masyarakat desa dikelola secara bersama-sama antara Apedi dengan lembaga ekonomi desa sehingga menjadi sumber pemasukan profit bagi desa.
Terakhir program DIVIDEN yaitu untuk mengupayakan pengembangan potensi produk-produk unggulan desa yang ditujukan untuk menangkap peluang permintaan pasar internasional (ekspor). Melalui penguatan economic of scale produk unggulan kawasan perdesaan, meningkatkan standarisasi produk, sertifikasi produk, penguatan tata kelola rantai suplai komoditas dari hulu sampai hilir.
"Kami akan meningkatkan investasi pihak ketiga untuk membangun dan memperkuat sistem agribisnis produk unggulan desa sesuai potensi desa masing-masing baik berupa produk unggulan tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan, kehutanan," jelas Yelda.?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Puri Mei Setyaningrum