Anggota Komisi XI DPR Kamrussamad meminta pemerintah harus berani jujur dan tak perlu malu untuk mengoreksi target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2020.
Baca Juga: Virus Corona Berimbas ke Ekonomi, Misbakhun Ingatkan Birokrat Tak Asal Bunyi
Ia menilai saat ini situasi ekonomi global diprediksi akan tumbuh paling lambat tahun ini sejak era Resesi Besar 2009. Penghambat terbesar pertumbuhan ekonomi global awal tahun 2020 ini disebabkan wabah virus korona, yang melemahkan perekonomian Tiongkok.
Selain itu, efek perang dagang AS-Tiongkok di akhir tahun 2019, ketidakpastian politik, dan pelemahan ekonomi di Jepang dan sejumlah negara Amerika Selatan juga semakin membebani ekonomi dunia.
Untuk itu, legislator Partai Gerindra ini meminta pemerintah realistis dengan melakukan langkah efesiensi yakni menunda sejumlah proyek jangka panjang antara lain pemindahan ibu kota negara, pembangunan infrastruktur pusat destinasi wisata prioritas.?
"Pemerintah sebaiknya segera mendorong Gerakan Penghematan Nasional dengan fokus pelarangan perjalanan ke luar negeri bagi pejabat pejabat pemerintah," kata Kamrussamad kepada Warta Ekonomi, Sabtu (29/2/2019).
Ia menilai dampak pertumbuhan ekonomi riil sudah dirasakan di berbagai negara di Amerika, Asia, dan Eropa. Jepang yang bersikap hati-hati sejak awal atas kemunculan corona juga tak dapat mengelak atas momok virus yang muncul pertama kali di Wuhan, China.
Hancurnya bursa saham dan pergerakan saham di Jepang mengalami kemerosotan tajam akibat reaksi negatif pasar Asia terhadap dunia.
Sementara Covid-19 di Indonesia, indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan sesi pertama Jumat (28/2/20) ditutup anjlok 4,04 persen menjadi di level 5.311. Bahkan, indeks sempat menyentuh level terendah di 5.288 hari ini, atau turun hingga 4,46 persen.
Sementara itu, Bank Dunia maupun IMF (International Monetary Fund) pesimis dan mengkoreksi perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia 2020 menjadi 3,3 persen dari sebelumnya 3,4 persen. Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 di angka 5,1 persen. Proyeksi tersebut dikeluarkan Bank Dunia dalam laporan Global Economic Prospects: Slow Growth, Policy Challenges.
"Tanda-tanda resesi global sudah sangat nyata. Bank Sentral AS (the FED) dan Bank Sentral Eropa (ECB) mulai menurunkan suku bunga dan memberikan kelonggaran moneter (quantitative easing) untuk melawan bahaya resesi. Bahkan ECB juga minta kepada negara anggota Uni Eropa agar memberlakukan kebijakan fiskal untuk memberi stimulus dan mendorong pertumbuhan ekonomi," terangnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ferry Hidayat
Editor: Ferry Hidayat