Aktivitas pariwisata mulai merasakan dampak penyebaran wabah virus corona (covid-19), tidak terkecuali industri hotel. Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani, menjelaskan bahwa belum jelasnya akhir dari wabah virus corona mulai menimbulkan dampak negatif.
Hariyadi mengungkapkan, sejumlah hotel di dalam negeri mulai melakukan penyesuaian terutama dari sisi tenaga kerja.
Baca Juga: Ini Langkah KSP Setelah Corona Jadi Pandemi Global
"Perusahaan harus menjaga cashflow. Kalau karyawan masuk semua, 100%. Jadi, sekarang perusahan rata-rata mencoba menurunkan 50% tenaga kerjanya melalui sistem giliran," kata Hariyadi yang juga Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) itu dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (12/3/2020).
Ia mengatakan, dampak covid-19 ini mulai dirasakan oleh berbagai wilayah dengan destinasi wisata paling banyak diminati wisatawan baik mancanegara maupun domestik. Di Bali sendiri rata-rata okupansi hotel hanya 20% khususnya di daerah-daerah yang banyak dikunjungi oleh individual traveler seperti Kuta, Sanur, Legian, Ubud, dan Jimbaran.
"Kita mempunyai tiga jenis karyawan. Yaitu karyawan harian, karyawan kontrak, dan karyawan tetap. Yang terjadi sekarang adalah semua karyawan harian pasti tidak dipakai. Sementara, karyawan kontrak dan permanen masuknya giliran atau sebagian dirumahkan," tambahnya.
Khusus restoran, Hariyadi menilai lebih longgar di dalam melakukan penyesuaian tenaga kerja ketimbang hotel. "Hotel lebih banyak yang karyawan kontraknya," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Puri Mei Setyaningrum