Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Analis: Harga CPO Harus Berhati-hati!

        Analis: Harga CPO Harus Berhati-hati! Kredit Foto: Kementan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Memasuki awal Q2, harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang tercatat di data CIF Rotterdam kembali merosot. Harga CPO CIF Rotterdam pada 10 hari pertama di bulan April 2020 mengalami penurunan hingga 11,2 persen atau dari US$ 670/MT menjadi US$ 595/MT.

        Meskipun demikian, harga CPO sebesar US$ 595/MT ini masih sedikit lebih baik dibandingkan periode yang sama pada bulan lalu yang sebesar US$ 587,5/MT. Pandemi Covid-19 yang telah menyerang lebih dari 200 negara di dunia memaksa sejumlah negara untuk mengambil langkah lockdown sebagai tindakan pemutusan infeksi virus tersebut.

        Baca Juga: Balada Nasib Harga CPO di Tengah Corona dan Perang Arab Saudi-Rusia

        Begitu pun dengan Malaysia, semula pemerintah Malaysia menargetkan akan mencabut kebijakan lockdown bagi negaranya pada 14 April 2020. Namun, kemudian kebijakan tersebut diperpanjang hingga 28 April 2020. Akibat kebijakan ini, produksi minyak sawit di Malaysia periode 2019/2020 diperkirakan turun 1 persen menjadi 18,8 juta ton.

        Indonesia sebagai negara produsen utama kelapa sawit di dunia memang belum menerapkan kebijakan lockdown, tetapi pemerintah sudah mengimbau untuk mengurangi aktivitas guna meredam penyebaran infeksi Covid-19. Meskipun belum ada kebijakan resmi untuk lockdown, kondisi ini diperkirakan juga telah mengganggu supply dari Indonesia dan Malaysia.

        Tidak hanya itu, demand dari India dan China sebagai importir CPO terbesar juga terpukul akibat kebijakan lockdown yang telah diterapkan oleh kedua negara tersebut. Kondisi inilah yang akhirnya mengakibatkan harga CPO makin tertekan.

        Mengutip Reuters, analis ternama CPO, James Fry, berkata, "Estimasi kami selama lockdown China, demand yang hilang sekitar 1 bulan dibandingkan proyeksi sebelum terjadi pandemi Covid-19. Sebagian besar konsumsi CPO yang hilang tersebut tidak akan pernah diraih kembali."

        Lebih lanjut, James menambahkan, "Dalam jangka panjang, pelambatan ekonomi global juga membuat outlook demand masih belum bagus. Periode pemotongan upah dalam satu periode atau penambahan pengangguran akan memukul belanja konsumen hingga resesi yang tajam berakhir."

        Akibatnya, tentu saja permintaan akan mengalami penurunan dan harga CPO mengalami tekanan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: