Diversifikasi Investasi untuk Hasil Optimal, Ada Bitcoin dan...
Mendapatkan hasil investasi yang optimal menjadi tujuan utama seseorang, dalam memilih dan menempatkan dananya pada suatu instrumen investasi.
Menurut Direktur Kebijakan Publik Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech Indonesia) Muhammad Ajisatria Suleiman, dirinya memilih beberapa instrument dengan mempertimbangkan potensi return, risiko serta likuiditasnya.
Ia menejelaskan alasan pihaknya memilih menempatkan sebagian dananya di reksa dana dan sukuk sebagai dana aman yang konservatif. Dia juga mengalokasikan sebagian ke startup sebagai angel investor supaya investasi langsung ke sektor riil.
Ia juga juga memilih menginvestasikan sebagian dananya pada trading bitcoin yang dinilai menjanjikan keuntungan besar, namun perlu hati-hati dalam memilih, kemungkinan harga bitcoin semakin naik sangatlah besar karena tingginya animo masyarakat dan perusahaan besar yang mulai menerima bitcoin.
Baca Juga: Harga Melambung Hingga Rp150 Juta, Pemain Saham dan Ekuitas Pindah Hati ke Bitcoin
Baca Juga: Wow, Ini Lho Negara-Negara Surga-nya Bitcoin
“Selain itu, untuk spekulasi, bitcoin dan ethereum pilihan menarik, meskipun harga sudah sangat tinggi saat ini,” ujarnya kepada Warta Ekonomi, Jumat (12/5).
Menurutnya, meski dia membagi dana investasinya pada beberapa instrumen, keluarganya cukup konservatif dalam memilih instrumen investasi, terlihat dari pendidikan yang diberikan mengenai jenis investasi sejak dia kecil. Aji juga mengaku tertarik untuk berinvestasi pada instrument lain.
“Algo trading atau robo advisory di foreign stock market termasuk iq option pilihan bagus karena sudah mulai terlihat performanya, sebelumnya masih wait and see,” lanjut dia.
Pemuda yang mengidolakan Nassim Nicholas Taleb, seorang quant trader yang beralih menjadi filsuf di bidang pasar keuangan karena mampu memberikan wisdom untuk berinvestasi konservatif dan agresif pada saat bersamaan ini, mengalokaskan rata-rata sebesar 20% per bulan dari pendapatannya untuk investasi. Namun dalam prakteknya dia mengaku masih fluktuatif.
“Secara makroekonomi bagus untuk masuk ke pasar keuangan. Perlu juga melihat global market beyond Indonesia, karena sekarang sudah borderless,” kata dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: