Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Panglima Militer Turki Gertak Prancis: Kalian Cuma Perlu Diam!

        Panglima Militer Turki Gertak Prancis: Kalian Cuma Perlu Diam! Kredit Foto: Foto/Reuters
        Warta Ekonomi, Ankara -

        Kecaman terhadap Yunani dan Prancis kembali muncul. Kali ini, giliran Menteri Pertahanan Turki, Jenderal Hulusi Akar, yang memberi pernyataan tegas kepada koalisi Yunani dan Prancis. Akar menganggap para pejabat Yunani dan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, terlalu banyak bicara.

        Pengerahan kapal penelitian Turki, Oruc Reis, untuk melakukan eksplorasi minyak dan gas di wilayah tersebut, mendapat tentangan dari Yunani. 

        Baca Juga: Perkuat Pijakan di Depan Turki, Yunani Borong Banyak Senjata Tempur

        Yunani mengklaim bahwa tempat eksplorasi Turki adalah wilayahnya. Sementara, Turki juga merasa takkan melakukan riset di tempat yang tidak masuk dalam teritorialnya.

        Respons keras yang dilontarkan Yunani, dibarengi dengan pengerahan armada perang Angkatan Bersenjata Hellenic untuk menjaga wilayah kedaulatannya. Turki tak mau kalah. Oruc Reis kembali berlayar dengan kawalan sejumlah kapal perang Angkatan Laut Turki (TDK).

        Situasi di Laut Mediterania Timur semakin memanas, setelah Macron menyatakan dukungannya kepada Yunani. Tak main-main, pada awal September 2020, kapal induk bertenaga nuklir. Charles de Gaulle, dikirim ke Laut Mediterania untuk mendukung Yunani menghentikan aksi Turki yang dianggap agresi.

        Lewat jalur politik, Perdana Menteri Yunani, Kyriakos Mitsotakis, dan Macron, tak henti menyerukan pernyataan anti-Turki kepada dunia. Tak hanya Prancis, Yunani juga mendapat dukungan dari sejumlah negara yang tergabung dalam Uni Eropa (UE).

        Menyikapi langkah yang diambil Mitsotakis dan Macron, Akar pun akhirnya angkat bicara. Dalam kacamatanya, untuk menyelesaikan konflik antara Yunani dan Turki, kedua negara perlu berpikir tenang. Hal ini juga berlaku untuk sejumlah negara yang terlibat, termasuk Prancis yang dianggap Akar terlalu mengintervensi masalah ini.

        "Untuk meredakan ketegangan, beberapa orang hanya perlu diam. Mereka tidak pelu melakukan apa-apa," ucap Akar dikutip VIVA Militer dari Orthodox Times.

        "Presiden Prancis, Emmanuel Macron, telah berulang kali berbicara mendukung Yunani dan menentang tindakan ilegal Ankara di (Laut) Mediterania Timur. Mereka juga menyerukan UE untuk melakukan hal yang sama dengan suara bulat," katanya. 

        Tak sampai di situ. Akar pun mengancam kepada negara-negara yang mencoba untuk melakukan konspirasi melawan Turki, akan mengalami kekalahan dan kehancuran. Oleh sebab itu, Akar mendesak Yunani untuk tidak banyak tingkah agar tidak dimanfaatkan oleh negara lain.

        "Mereka yang terlibat dalam konspirasi melawan Turki, seperti yang terjadi di masa lalu. Mereka akan menderita kerusakan yang sama seperti yang mereka alami di masa lalu. (Yunani harus) bungkam, agar tidak dimanfaatkan untuk kepentingan orang lain," ujar Akar.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: