Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menggoyang Pratikno, Ibarat Menggoyang Gunung Merapi

        Menggoyang Pratikno, Ibarat Menggoyang Gunung Merapi Kredit Foto: Antara/Antara
        Warta Ekonomi -

        Peristiwa salah ketik dalam Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) masih digoreng-goreng. Sampai-sampai ada yang mencoba menggoyang-goyang posisi Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Pratikno.

        Namun, melihat kedekatan Pratikno dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), upaya menggoyang tersebut sepertinya sangat berat. Menggoyang Pratikno sama susahnya dengan menggoyang gunung merapi.

        Baca Juga: Kepulangan Habib Rizieq Bikin Tensi Kerumitan Jokowi Naik, Presiden Makin Pusing

        Salah satu pihak yang menggoyang Pratikno adalah Relawan Jokowi Mania (Jo-Man). Mereka meminta Jokowi me-reshuffle 10 menteri. Salah satunya, Pratikno. Penyebabnya, Pratikno dianggap bertanggung jawab atas adanya salah ketik dalam UU Ciptaker.

        Menurut Ketua Umum Jo-Man, Emmanuel Ebenezer, kesalahan ketik di UU Ciptaker bukan seperti kesalahan ketik di kertas belanja. Ataupun hal lain yang mudah diklarifikasi. Kesalahan itu fatal, karena merupakan dokumen negara yang ditandatangani langsung Presiden.

        "Kami sangat mengecam keras ini," ucapnya di Jakarta, beberapa waktu lalu.

        Apa usaha Jo-Man ini bisa terwujud? Rasanya agak sulit. Jokowi dan Pratikno sudah dekat sejak lama. Jauh sebelum ada Jo-Man atau kelompok relawan lain. Keduanya sama-sama dibesarkan Universitas Gadjah Mada (UGM). Keduanya juga sama-sama masuk anggota Keluarga Universitas UGM (KAGAMA). Saat Jokowi masih digadang-gadang sebagai capres di Pilpres 2014, almamater UGM berbangga. Termasuk Pratikno, yang kala itu masih menjabat Rektor UGM.

        Dia membawa gerbong UGM untuk memberi dukungan. Memang bukan mahasiswanya, tapi alumni yang tergabung dalam KAGAMA. Peran Pratikno makin terlihat. Dia membantu memuluskan langkah Jokowi menjadi RI-1. Bantuannya bukan kaleng-kaleng, Pratikno memfasilitasi pertemuan Jokowi dengan puluhan akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta.

        Setelah Jokowi terpilih, UGM memberikan penjabaran tentang Trisakti kepada Tim Transisi Jokowi-Jusuf Kalla. Pratikno sebagai rektor pun ikut mendampingi. Dia memberikan buku Putih 'Sapta Adicita' kepada Jokowi-JK. Isi bukunya tentang tujuh skala prioritas pembangunan nasional yang disusun 74 peneliti UGM.

        Pratikno begitu dipercaya Jokowi. Pratikno bisa dibilang yang paling awal membantu Jokowi menyusun pemerintahan. Dia tergabung dalam Tim Tiga yang ditugaskan menggodok 34 nama kementerian. Di saat nama-nama menteri lain masih simpang siur, Pratikno sudah sibuk bekerja di lingkungan Istana.

        Faktor lain yang membuat Jokowi kepincut Pratikno adalah kesederhanaan. Sifat ini hampir mirip dengan Jokowi. Sama-sama dari desa, merintis karier dari nol. Tapi, Pratikno punya kompetensi di atas rata-rata. Wajar, jika Pratikno kembali masuk kabinet untuk periode ke-2.

        Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion, Dedi Kurniasyah, menyatakan relasi Jokowi-Pratikno cukup kuat. Selain soal primordialisme UGM, juga soal dukungan Pratikno pada proses pemenangan.

        "Itu tidak mengherankan jika Pak Pratik berada di posisi yang sangat dekat Jokowi, yaitu Sesneg," ujarnya.

        Baca Juga: Loyalis Jokowi Bentuk Barikade 98 Cegat Kudeta dari Cendana hingga Eks HTI

        Pendapat sama diungkapkan pakar komunikasi politik Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing. Dia menyatakan, menteri yang paling dekat dan sangat dipercaya Jokowi saat ini adalah Pratikno.

        Buktinya, kalau ada masalah berat, Jokowi pasti menugaskan Pratikno seperti saat meminta untuk "menaklukkan" Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah soal UU Ciptaker. Presiden Jokowi mengutus langsung Pratikno untuk mengantarkan naskah UU itu kepada tiga ormas tersebut.

        "Kondisi inilah yang membuat sulit untuk menggoyang Pratikno," ujarnya.

        Meski demikian, kedekatan itu bukan berarti menihilkan kekeliruan yang pernah dilakukan Pratikno. "Jika kinerja Pratikno kurang bagus, perlu dievaluasi," ucapnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Cahyo Prayogo

        Bagikan Artikel: