Robert Henson, seorang penulis asal Oklahoma City, Amerika Serikat merilis The Rough Guide to Climate Change pada tahun 1999. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa satu hektare kebun kelapa sawit dalam satu tahun mampu menyerap 64,5 ton karbondioksida dan menghasilkan 18,7 ton oksigen.
Angka ini lebih besar dibandingkan kemampuan satu hektare hutan tropis dalam satu tahun yang hanya mampu menyerap karbondioksida sebanyak 42,4 ton dan menghasilkan 7,09 ton oksigen. Jika dilihat dari data lahan sawit Indonesia yang seluas 16,381 juta hektare, 1,056 miliar ton karbondioksida akan terserap dan 306,3 juta ton oksigen akan dihasilkan per tahunnya.
Baca Juga: Fokus Peran PTPN III dari Sawit
Dalam Dialog Nasional bertemakan "Sustainable Energy: Green and Clean", Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Gulat Medali Emas Manurung, mengatakan, "Kami ingin menegaskan bahwa sawit bukan perusak lingkungan, tapi justru penyelamat lingkungan, menghijaukan lahan terlantar dan kawasan gersang. Sawit telah menjadi multiplier solution padu serasi antara menjaga keseimbangan alam, sosial, dan ekonomi."
Pada tahun 2030, Indonesia menargetkan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29 persen (834 juta ton CO2e) hingga 41 persen. Khusus di sektor energi, target pengurangan karbondioksida sebesar 314 juta ton CO2e. Terkait hal ini, Gulat menyebut bahwa capaian serapan CO2 tersebut sebenarnya sempurna oleh tanaman kelapa sawit yang secara fisiologis dikelompokkan dalam Siklus Calvin C4.
"Tumbuhan C4 seperti sawit secara umum melakukan proses fotosintesis dua tahapan: reaksi terang dan reaksi gelap. Pada proses reaksi terang, energi cahaya dan CO2 dikonversi menjadi energi kimia dan hasil akhirnya oksigen. Pada reaksi gelap, terjadi reaksi siklik yang pada akhirnya membentuk gula dengan bahan dasar CO2 dan energi," jelas Gulat.
Lebih lanjut Gulat menjelaskan, tanaman C4 mempunyai dua tipe sel fotosintesis, yakni mesofil dan bundle-sheath. CO2 hasil dari siklus Calvin di bundle-sheath akan ditangkap kembali dan dipergunakan di mesofil.
"Itulah makanya, penyerapan CO2 oleh sawit dua kali lipat dan sangat kuat mengikat CO2 saat proses fotosintesis itu," tutur Gulat. Dikatakan Gulat, akasia, kedelai, kacangan, dan kelompok tanaman rapeseed lainnya memiliki serapan CO2 yang jauh di bawah kelompok tanaman C4 seperti kelapa sawit.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum