Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Cekatan dan Adaptif Kunci Bertahan di Masa Pandemi

        Cekatan dan Adaptif Kunci Bertahan di Masa Pandemi Kredit Foto: Unsplash/Campaign Creators
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Setahun pandemi, tepatnya di 2 Maret 2020 lalu, Presiden Joko Widodo mengumumkan pasien pertama yang terinfeksi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di Indonesia. Setelah hari itu, keseharian orang Indonesia berubah.

        Virus corona mengakibatkan berbagai krisis salah satunya ekonomi. Perusahaan konsultan Daya Qarsa berupaya mencermati situasi setahun pandemi Covid-19 ini dari kacamata pelaku bisnis. CEO Daya Qarsa, Apung Sumengkar, mengungkapkan bahwa secara umum terdapat empat poin pembelajaran penting yang dapat dipetik oleh pemimpin dan pelaku bisnis keseluruhan dari kondisi di tahun 2020 demi keberlangsungan organisasi ke depannya.

        Baca Juga: Bangkrut 16 Kali hingga Punya Utang Rp11 Miliar, Begini Cara Berto Saksono Kuat Mental Berbisnis

        "Kami membagi empat poin pembelajaran tersebut menjadi elemen 4P, yakni proposition, people, process, dan promotion," ujar Apung di Jakarta, Rabu (17/3/2021).

        Apung melanjutkan, pada elemen Proposition bermakna believe in the value of what you offer, embrace innovation, be agile & be adaptive to the market. Untuk memperkuat dan memperjelas value proposition, penting bagi organisasi bisnis untuk menyesuaikan diri dengan distorsi yang memengaruhi perilaku dan permintaan pasar.

        "Singkatnya, bersikaplah agile dan adaptif sesegera mungkin demi keberlangsungan bisnis. Pelanggan berhenti mendatangi restoran? Genjot layanan antar. Jasa harus kontak langsung dengan pelanggan? Terapkan protokol kesehatan dengan ketat seperti yang dikampanyekan oleh jasa ojek dan taksi online," urai Apung.

        Berikutnya, People & relationship, yang dalam hal ini pandemi dapat menyebabkan employee distress pada karyawan yang dapat berdampak pada produktivitasnya. Secara umum, employee distress terdiri dari kekhawatiran (anxiety), distraksi dalam kerja (work distractions), dan kekhawatiran finansial (financial conerns).

        "Membangun rasa empati, transparansi, dan komunikasi dengan karyawan sangat penting untuk dilakukan oleh organisasi karena one size does not fit all. Solusi yang diterapkan oleh organisasi dalam menjaga keamanan pekerjanya dapat berbeda dengan solusi yang diterapkan pada organisasi lain," papar Apung.

        Penerapan aspek ini misalnya, pengelola bisnis harus lekas menyadari bahwa pola activities atau work from home bagi sebagian orang adalah impian yang jadi nyata, tetapi untuk lainnya layaknya beban tak berujung.

        Menurutnya, tidak semua karyawan cocok dengan pola activities from home atau remote working dengan beragam alasan masing-masing. Entah mereka terdistraksi oleh lucunya tingkah si buah hati, atau faktor lingkungan sekitar yang sedemikian ramai sehingga mustahil untuk memusatkan perhatian.

        Selanjutnya, dalam aspek Process, act with speed, agility, and security. Bertindaklah dengan cepat, gesit, tetapi tanpa melupakan keamanan dan keselamatan pekerja maupun kelangsungan bisnis. Contohnya, dari segi struktur organisasi & komunikasi, penting untuk mempercepat alur persebaran informasi agar organisasi senantiasa sigap dalam merespons, mengambil tindakan, mengeksekusi, dan melakukan iterasi.

        "Dari segi finansial, penting untuk mengutamakan likuiditas dan meminimalisasi cash burn. Dari segi infrastruktur, kami belajar untuk memanfaatkan penggunaan teknologi untuk mengoptimalkan proses bisnis," urainya.

        Apung mengatakan jika ada yang mengatakan sia—sia berpromosi di masa pandemi untuk diabaikan. There is no bad time for the right market. Contohnya sudah bertebaran di dunia maya tentang keberhasilan orang maupun organisasi dalam menangkap peluang di masa pandemi ini. Kuncinya tentu saja, promosi.

        "Pastikan berbagai aktivitas maupun medium promosi sudah berbasis online atau daring sehingga semua dilakukan dengan serba cepat dan mudah. Kami sendiri telah merasakan pentingnya melakukan customer centric marketing, mengoptimalkan customer experience dengan mengaplikasikan design thinking, dan mengaplikasikan strategi omnichannel marketing dalam menjangkau klien kami," tambahnya.

        Lantas, bagaimana agar keempat elemen 4P: proposition, people, process, dan promotion tersebut dapat terus dijalankan secara berkesinambungan seraya terus ditingkatkan kualitasnya? Sederhana, kuncinya adalah komunikasi terus-menerus kepada seluruh lapisan organisasi yang memungkinkan terciptanya koordinasi dan evaluasi secara kontinyu.

        "Tanpa komunikasi yang baik dan tertata, bisa dipastikan implementasi keempat elemen 4P tersebut akan menjadi berantakan lantaran berjalan tanpa koordinasi dan kesamaan tekad dari seluruh pelakunya," pungkas Apung.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Boyke P. Siregar
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: