Berulah Lagi, tapi Kelakuan Junta Myanmar Kali Ini Bikin Menlu-menlu ASEAN Kecewa Berat
Junta militer Myanmar ngotot melanjutkan kebijakan yang mereka anggap sebagai jalan menuju demokrasi di negara tersebut. Mereka ogah mengikuti kesepakatan negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association Southeast Asia Nations/ASEAN).
Padahal, sesuai konsensus yang disepakati April lalu, ASEAN meminta Burma, sebutan lain Myanmar, mengakhiri kekerasan dan melakukan dialog dengan lawan politiknya. Hal itu terangkum dalam lima konsensus yang telah disepakati.
Baca Juga: Pejabat Amerika untuk Indo-Pasifik Makin Prihatin dengan Kondisi Myanmar yang Memburuk
Namun, Menteri Luar Negeri (Menlu) yang ditunjuk junta, Wunna Maung Lwin bersikeras, negaranya tak akan mengikuti lima langkah yang telah dihasilkan usai kudeta.
Hal itu membuat para Menlu se-Asia Tenggara kecewa. Ini terungkap dalam pertemuan di China pada Senin (7/6/2021).
“Jujur, kami kecewa dengan perkembangan yang sangat, sangat, sangat lambat,” ujar Menteri Luar Negeri Singapura, Vivian Balakrishnan setelah pertemuan sejumlah pemimpin ASEAN dengan China, seperti dikutip Reuters.
Menurutnya, penanganan kasus Myanmar berjalan lambat. Termasuk ASEAN, juga lambat menangani situasi di Myanmar. Namun ia menekankan, upaya diplomatik ASEAN hanya dapat berjalan jika ada kemauan tulus Myanmar untuk berdialog, bernegosiasi, dan rekonsiliasi.
Sementara Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi mengatakan, bantuan China juga dibutuhkan dalam upaya menyelesaikan konflik ini. “(Bantuan China akan) sangat dihargai karena akan berkontribusi mencapai solusi damai,” katanya.
Kendati demikian, dikutip media pemerintah Myanmar, Global New Light of Myanmar, Wunna Maung Lwin mengatakan, militer telah membuat kemajuan dengan mengacu pada kebijakan yang mereka rumuskan sendiri.
“Pada pertemuan itu, Menteri Maung Lwin menyatakan, satu-satunya cara memastikan sistem demokrasi yang disiplin dan murni adalah melalui lima poin program masa depan yang dideklarasikan pada Februari,” tulis Global New Light of Myanmar, dikutip Reuters, kemarin.
Masih dalam laporan media itu, dia mengatakan, sebagian besar poin ini telah dipenuhi. Termasuk langkah-langkah pencegahan Covid-19.
Selain itu, junta telah membentuk komisi pemilihan baru untuk menyelidiki dugaan kecurangan dalam pemilu November tahun lalu. Ketika saat itu, Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (National League for Democracy/NLD) menang telak.
Militer membela keputusannya melakukan kudeta. Junta berdalih, komisi pemilu saat itu mengabaikan pengaduan mereka soal kecurangan. Tapi, seperti diketahui, sejak kudeta itu, pemerintahan junta gagal menerapkan kontrol terhadap negara.
Setidaknya, militer Myanmar telah menahan lebih dari 4.500 demonstran anti kudeta militer dan telah menewaskan sedikitnya 849 pengunjuk rasa, meski hal ini dibantah militer.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto