Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Juara 1 Survei Capres Ganjar Pranowo Tetap Irit Bicara, Ternyata Oh Ternyata Karena...

        Juara 1 Survei Capres Ganjar Pranowo Tetap Irit Bicara,  Ternyata Oh Ternyata Karena... Kredit Foto: Instagram/Ganjar Pranowo
        Warta Ekonomi -

        Elektabilitas Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo sebagai calon presiden makin tak terbendung. Ganjar menjadi juara 1 survei capres mengalahkan dua nama beken lain: Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto. Apa tanggapan Ganjar? Seperti biasa, Ganjar irit bicara kalau ngomongin soal capres.

        Survei yang menempatkan Ganjar di posisi teratas ini dirilis Charta Politika. Sebenarnya, tema besar yang diambil Charta Politika dalam survei terbarunya, soal penanganan pandemi dengan judul “Evaluasi Kebijakan Publik dan Peta Politik di Masa Pandemi”. Namun, di survei tersebut, responden yang berjumlah 1.200 orang dari 34 Provinsi, ikut ditanya soal elektabilitas capres yang akan dipilihnya.

        Baca Juga: Ramalan Denny Darko Bikin Geger, Ganjar Pranowo Disebut Bakal jadi Presiden di 2024

        Survei ini digelar 12-20 Juli 2021, saat Covid-19, khususnya di Jawa dan Bali lagi tinggi-tingginya. Metodologi yang dipakai, yakni metode acak bertingkat dengan tingkat kesalahan kurang lebih 2,83 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Responden diwawancara secara tatap muka dengan menggunakan kuesioner terstruktur.

        Apa hasilnya? Sebelum masuk pada tingkat elektabilitas, Charta Politika memulai pertanyaan siapa tokoh yang paling populer? Hasilnya, Prabowo menjadi tokoh paling populer di masyarakat dengan perolehan 90,2 persen. Disusul Anies di peringkat kedua dengan 87,8 persen.

        Setelah itu, ada beberapa nama seperti Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Wapres Ma’ruf Amin, Ustaz Abdul Somad, Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Komisaris Utarama Pertamina Basuki Tjahja Purnama Ahok, Ganjar dan Menko Polhukam Mahfud MD.

        Untuk tingkat kepopuleran, Ganjar hanya bertenggar di posisi 9, jauh di bawah Prabowo dan Anies. Tapi, tingkat kesukaan publik terhadap Ganjar paling tinggi, mencapai 92,7 persen.

        “Di bawahnya ada eks Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dan Anies yang masing-masing memperoleh 92,3 persen dan 91,3 persen,” papar Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya yang tampil sebagai pembicara tunggal dalam memaparkan hasil surveinya secara virtual itu, kemarin.

        Sementara popularitas Puan Maharani sebesar 60,7 persen masih berada di posisi 11 di bawah Mahfud MD. Untuk popularitas Puan ini, Yunarto sedikit kaget. Mengingat sudah 2 bulan ini, publik dibikin heboh dengan bertebarannya baliho dan spanduk raksasa milik Puan di berbagai wilayah.

        “Jadi belum mencapai angka-angka yang bisa dikatakan sudah melampaui sosok-sosok lain yang balihonya enggak sebanyak Mbak Puan. Ini sangat tidak aman untuk modal nyapres,” katanya.

        Lalu siapa capres dengan elektabilitas tertinggi? Dalam simulasi 10 nama, tiga nama berada di papan atas. Posisi teratas ditempati Ganjar dengan 20,6 persen. Selanjutnya di posisi kedua ada Anies dengan 17,8 persen dan Prabowo 17,5 persen.

        Di papan tengah, ada Sandiaga Uno (7,7 persen), Ridwan Kamil (7,2 persen), AHY (4,2 persen), Tri Rismaharini (3,6 persen). Di papan bawah, dengan elektabilitas satu koma, ada Erick Thohir (1,8 persen), Puan Maharani (1,4 persen), dan Airlangga Hartarto (1,0 persen).

        Bahkan, ketika 10 nama itu dikerucutkan lagi menjadi 5 nama, posisi tetap tak berubah. Ganjar masih unggul dengan 23,3 persen, Anies 19,8 persen dan Prabowo 19,6 persen. Di peringkat keempat ada Sandiaga Uno (8,4 persen), disusul Ridwan Kamil (8,2 persen) dan tidak menjawab sebanyak 20,7 persen.

        Yunarto kemudian menyinggung 4 petinggi parpol yang saat ini balihonya sudah banyak bertebaran. Mulai dari Puan Maharani, Airlangga Hartarto, Muhaimin Iskandar dan AHY. Keempat tokoh ini tidak mendapatkan berkah positif dari baliho yang ditebarnya ke sejumlah wilayah.

        “Jadi saya pribadi melihat ini sebagai kesalahan pendekatan konservatif yang bisa dilakukan dalam kondisi normal, bukan dalam situasi anomali seperti musibah saat ini yang malah membawa efek berat,” kata Yunarto.

        Saat datanya ditabulasi, terlihat arah dan kecenderungan pilihan konstituen partai terhadap sosok capres yang ada. Diketahui bahwa Anies unggul di NasDem, PKS, Hanura, PBB, dan PAN. Sedangkan Ganjar sangat unggul di PDIP. Yakni 44,7 persen konstituen PDIP menyatakan memilih Ganjar. Di peringkat kedua, nama Tri Rismaharini malah jadi capres pilihan simpatisan PDIP dengan memperoleh 7,7 persen. Di bawahnya, barulah nama Puan yang mendapat 4,8 persen dari pemilih PDIP.

        “Ini PR besar bagi Mbak Puan jika ingin maju menjadi capres,” kata dia.

        Kenapa elektabilitas Ganjar tinggi? Menurut Yunarto, Ganjar dan kepala daerah lain seperti Anies dan Ridwan mendapatkan berkah dari pandemi Covid-19 yang sudah berjalan hampir 1,5 tahun ini. Kepala daerah mendapat panggung besar dalam penanganan pandemi. “Berhasil atau tidak, tentu itu subjektifitas,” ujarnya.

        Apa tanggapan Ganjar soal survei ini? Ganjar memilih irit bicara. Kader Banteng ini lebih senang bicara soal Covid-19 yang sekarang sudah mulai melandai di wilayah kekuasaannya.

        “Aku mikir Covid ‘sek piye carane’ ini segera beres dan melandai. Saya sudah melihat mall, orang berdagang laku dagangane, iku wes senang,” jawab Ganjar, di kantor Gubernur Jateng, kemarin.

        Bahkan, saat disinggung soal fenomena baliho elit parpol yang juga banyak bertebaran di Jateng, Ganjar enggan berkomentar. Ganjar mengaku tidak ada kepikiran untuk pasang baliho di setiap penjuru Jateng atau wilayah lain.

        “Tugas saya 1 sekarang, diperintah oleh Presiden Jokowi, oleh ketua umum saya (Megawati) untuk ngurusi Covid. Aku ora pikir soal baliho,” jawabnya, sambil tertawa.

        Apa tanggapan PDIP soal survei ini? Politikus PDIP Hendrawan Supratikno menegaskan, baliho Puan bukan sekadar untuk kepentingan politik elektoral atau meningkatkan popularitas. Lewat baliho itu, kata dia, PDIP ingin membangun ruang publik dengan narasi kemanusiaan dan kebangsaan.

        “Jadi jangan ujug-ujug dikaitkan dengan parameter politik elektoral. Coba renungkan, getar apa yang kita rasakan meresapi frasa Kepak Sayap Kebhinnekaan?” katanya, lewat pesan singkat, kemarin.

        Menurutnya, dari baliho Puan itu mencerminkan sebuah imaji kenusantaraan dan imaji negara bangsa yang merupakan anugerah luar biasa. Hal itu terdiri dari beragam suku, agama, bahasa.

        “Imaji persatuan, toleransi dan sinergi anak bangsa. Sebuah selebrasi tentang cita-cita Indonesia Raya,” kata anggota DPR RI ini.

        “Resapi ideologi partai kami, camkan dan hayati semangatnya, sehingga tidak terjebak pada kedangkalan berpikir,” sambungnya.

        Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yudha menilai, pemasangan alat peraga kampanye seperti baliho tergantung dari tujuannya. Bisa saja tidak, cukup bahkan sangat efektif.

        Pemasangan baliho bisa dinilai kurang efektif, karena tak akan mempengaruhi elektabilitas. Namun secara komunikasi konvensional, ekfektif ke tingkat popularitas level untuk mengenalkan. Sementara ektabiltas seseorang, kata Hanta, bisa diukur dengan survei, bukan pemasangan baliho.

        Di sisi lain pemasangan baliho tak efektif karena akan mendapat olok-olokan dari masyarakat. Pasalnya saat ini masih dalam penanganan pandemi. Namun, kata dia, baliho itu akan efektif apabila tujuannya untuk menolak isu 3 periode.

        “Itu pesan yang kuat, paling tidak merusak responansi orang-orang yang mengeluarkan isu 3 periode,” tuntasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Alfi Dinilhaq

        Bagikan Artikel: