Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Wah... Teknologi Ini Mampu Hentikan Serangan Jantung

        Wah... Teknologi Ini Mampu Hentikan Serangan Jantung Kredit Foto: Republika
        Warta Ekonomi -

        Ilmuwan Australia menemukan cara untuk menghentikan serangan jantung menggunakan teknologi microbubbles. Dilansir di News.com.au pada Ahad (15/9), paramedis di negara itu bisa segera menghentikan serangan jantung dan menyelamatkan nyawa setiap sembilan menit, menggunakan perawatan microbubble baru.

        Baca Juga: Erat Kaitannya dengan Diabetes, Ternyata Penyebab Utama Obesitas Bukan karena Makan Berlebihan

        Perawatan yang didanai Yayasan Jantung itu, juga dapat digunakan mencegah pembekuan darah pada seorang penumpang penerbangan jarak jauh. Proyek tersebut merupakan salah satu dari ratusan terobosan penelitian dari dana sebesar 600 juta dolar AS yang dikucurkan Yayasan Jantung, termasuk alat pacu jantung, pembentukan unit perawatan jantung, dan program rehabilitasi jantung.
        Yayasan Jantung masih berniat menggalang dana sebesar 3,5 juta dolar AS untuk mengembangkan penelitian itu pada 18 September mendatang. Tahun ini, donasi akan bernilai empat kali lipat, misanya donasi 1 dolar AS menjadi 4 dolar AS, donasi 100 dolar AS menjadi 400 dolar AS.

        Peneliti medis Australia, Xiaowei Wang dan Profesor Karlheinz Peter di Baker Heart and Diabetes Institute sedang mengembangkan terobosan perawatan microbubble theranostic yang dapat mendiagnosis dan mengobati gumpalan darah. Jika berhasil dalam uji klinis pada manusia, teknologi itu berpotensi mencegah 57.368 serangan jantung dan menyelamatkan sekitar 7.783 jiwa dalam setahun.
        Baca Juga: Waspada! Jika Mengalami Ini saat Berjalan Kaki, Bisa Jadi Itu Peringatan Serangan Jantung

        Microbubbles berukuran lebih kecil dari rambut manusia. Saat ini, teknologi itu telah diuji pada tikus dan pembekuan darah dalam 10 menit tanpa efek samping.
        “Obat itu dapat diberikan di ambulans dan, (microbubbles) itu akan menghancurkan gumpalan (darah) sebelum Anda sampai di rumah sakit,” kata Wang.

        Perawatan itu memang memberikan obat dalam jumlah kecil. Dengan begitu, pasien tidak memiliki efek samping,  sehingga aman digunakan, bahkan jika pasien tidak mengalami serangan jantung.
        Wang mengatakan Australia tidak memiliki modal ventura yang dibutuhkan untuk memajukan terobosan ilmiah. Berkat 1 juta dolar AS dari pendanaan pemerintah Belgia, antibodi yang digunakan dalam pengobatan terobosan sedang dioptimalkan menjadi obat dan uji klinis dapat segera dimulai di negara itu.
        Penelitian dimulai sebagai misi untuk menemukan cara yang lebih cepat dan lebih baik mendiagnosis serangan jantung. Dalam dua pertiga kasus jantung, tidak ada tanda-tanda jelas serangan jantung terdeteksi dalam tes elektrokardiogram (EKG) dan bisa memakan waktu dua hingga tiga jam untuk mendapatkan hasil dari tes darah.
        Namun, gumpalan dapat dideteksi dalam beberapa menit menggunakan metode microbubble dan mesin ultrasound yang bisa ditemukan di sebagian besar fasilitas medis, bahkan di bagian terpencil negara itu.
        Microbubbles memiliki lapisan luar lemak dan inti gas yang membuatnya memantul ketika suara dari ultrasonografi mengenainya. Microbubble dilengkapi dengan antibodi yang mengarah pada gumpalan, menempel padanya, dan memantulkan kembali ke ultrasound, sehingga dapat dilihat dalam gambaran cahaya putih.
        Wang telah menyempurnakan microbubble, sehingga tidak hanya mendeteksi gumpalan saja, tetapi juga mengobatinya. Setelah microbubble melekat pada gumpalan, microbubble melepaskan dosis kecil obat penghilang gumpalan yang dengan cepat melarutkannya.
        Wang telah menerima lebih dari 800 ribu dolar AS untuk pendanaan penelitian itu dari Yayasan Jantung. Hibah Penelitian Kesehatan dan Medis Nasional untuk penyakit kardiovaskular yang dirilis pekan lalu, hanya menyediakan sedikit uang untuk penelitian kardiovaskular. Padahal, kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian di negara itu.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: