Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kisah Sukses Sudhamek, Bos Garuda Food: Sulap Bisnis Kecil Jadi Raksasa Konglomerat Jualan Kacang

        Kisah Sukses Sudhamek, Bos Garuda Food: Sulap Bisnis Kecil Jadi Raksasa Konglomerat Jualan Kacang Kredit Foto: Antara/Reno Esnir
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pendiri Garuda Food, Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto, menceritakan masa kecilnya yang hidup miskin. Sudhamek merupakan anak bungsu dari 11 bersaudara, ayahnya merintis bisnis ekspedisi kecil-kecilan antar pulau yang lebih banyak jatuhnya sehingga ia dan keluarganya pun hidup susah.

        Namun, seiring anak-anaknya tumbuh besar, usaha sang ayah pun mulai lebih baik. Namun, suatu hari, kapal ayah Sudhamek karam, sehingga bisnisnya pun tak bisa berlanjut lagi.

        Kemudian, setelah Sudhamek lahir, ayahnya sedang berbisnis tepung tapioka dan sudah memiliki pabrik di desa dekat Pati. Saat kelas 6 SD, Sudhamek sudah mengikuti ayahnya ke pabrik mengoperasikan penggilingan singkong.

        Baca Juga: Dari Bisnis Tambang, Keuntungan Perusahaan Konglomerat Sinar Mas Group Naik Tiga Kali Lipat!

        "Meski berat, tapi disitulah ditempa jiwa entrepreneurship kami," ujar Sudhamek dalam video YouTube 'OBROLAN APA YANG DIBAHAS 2 ORANG FORBES 50 THE RICHEST?'.

        Pengalaman tak terlupakan bagi Sudhamek adalah saat ia harus mengantar tepung sejauh 12 Km menggunakan dokar, lalu ia kehujanan, semuanya basah kuyup, namun sampai lokasi sudah kering lagi.

        Sejak kecil sejatinya Dhamek tak memiliki cita-cita yang signifikan. Ia mengatakan kebanyakan jalan hidupnya berjalan di luar rencananya. Meski demikian, ia mengamanatkan untuk tetap membuat rencana kehidupan meski Tuhan lah yang menentukan.

        Saat SMP-SMA, Dhamek mengaku kerap dibully. Namun, hal tersebut sudah ia pendam dalam hati sehingga tak lagi meninggalkan luka batin. Meski demikian, Dhamek pun membuat sekolahan yang tidak ada bullying. Karena ia sangat paham betul dampak buruk bullying yang merusak generasi muda.

        Setelah lulus SMA, Dhamek berkuliah mengambil double degree jurusan ekonomi dan jurusan hukum sampai lulus. Karena, Dhamek merasa jika ia tidak produktif, kualitas dirinya akan menurun. Oleh karena itu, ia mengambil jurusan hukum agar adrenalin nya terpacu karena kesibukan yang positif.

        Usai lulus kuliah, Dhamek tidak langsung bekerja untuk keluarganya. Ia malah bekerja di Gudang Garam, Kediri. Ayahnya sejak dulu memiliki prinsip biarpun kecil yang penting menjadi "bos" di bisnis sendiri. Namun, Dhamek tidak demikian, ia ingin mencari pengalaman baru.

        Meski begitu, Dhamek mengaku masih ada rasa penyesalan hingga hari ini mengapa ia dahulu tidak langsung membantu sang ayah. Tetapi, Dhamek ingin ayahnya bisa melihat bahwa keputusannya juga tidak salah. Karena dengan pengalaman yang ia miliki, Dhamek bisa melebarkan sayap Garuda Food hingga hari ini.

        Lebih lanjut, Dhamek bercerita sebelum bergabung dengan perusahaan sang ayah yang masih sangat kecil, ia sempat pindah ke Jakarta karena di Kediri penuh dengan memori yang menyakitkan untuknya. Pada tahun 1989 hingga 1991, anaknya yang kedua sakit keras hingga berobat ke Singapura.

        Setelah itu, Dhamek dipinang oleh Djuhar Sutanto untuk membantu bisnis konglomerasinya selama empat tahun. Barulah setelah itu ia membantu perusahaan ayahnya karena diminta oleh saudara-saudaranya.

        Meski harus merasakan gaji yang menukik tajam dari pekerjaan sebelumnya, namun inilah tantangan besar bagi Dhamek untuk membantu perusahaan keluarga yang masih berbasis UMKM. Omzet yang didapat dalam satu tahun pun masih Rp12 miliar. Saat itu baru ada produk Kacang Kulit Garuda, belum ada Garuda Food.

        Setelah Dhamek terjun ke bisnis keluarganya, ia merasakan banyak kemudahan yang luar biasa. Dhamek menggambarkan seakan-akan rezeki dari langit diturunkan untuknya. Dari situlah cikal bakal awal kesuksesan Garuda Food.

        Awalnya, bisnis keluarga Dhamek hanya menjadi distributor kacang ke pabrik-pabrik bermerk. Namun, berkat keberanian Dhamil, ia pun mengubah bisnis model perusahaannya, dan membuat produk sendiri, Kacang Kulit Garuda. Pada akhir tahun 1998 hingga 2000an, iklan Kacang Kulit Garuda pun melalang buana di iklan-iklan televisi, sehingga semakin melejit dan terkenal hingga hari ini.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: