NATO dan Amerika Jamin Keberatan Turki Tidak akan Tahan Keanggotan Finlandia dan Swedia
North Atlantic Treaty Organization (NATO) dan Amerika Serikat (AS) mengatakan pada Minggu (15/5/2022), Turki tidak akan menahan keanggotaan Finlandia dan Swedia dalam aliansi militer tersebut. Ankara mengejutkan sekutunya dalam beberapa hari terakhir karena memiliki keraguan tentang keputusan Helsinki dan Stockholm untuk masuk NATO.
"Saya yakin bahwa kami akan dapat mengatasi kekhawatiran yang telah diungkapkan Turki dengan cara yang tidak menunda keanggotaan," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.
Baca Juga: Makin Banyak Negara NATO Dukung Swedia dan Finlandia Jadi Anggota, Terkuak Motifnya
Sedangkan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menegaskan kembali pernyataan Stoltenberg. "Saya sangat yakin bahwa kami akan mencapai konsensus tentang itu," katanya menyatakan NATO adalah tempat untuk berdialog.
Turki sebelumnya menyampaikan keinginan agar negara-negara Nordik menghentikan dukungan untuk kelompok militan Kurdi yang ada di wilayah Turki. Ankara pun ingin mereka mencabut larangan beberapa penjualan senjata ke negara itu.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan pembicaraan dengan mitra Swedia dan Finlandia di Berlin pada Sabtu (14/5/2022), telah membantu dalam menguraikan protes yang diberikan sebelumnya. Kedua negara telah membuat saran untuk menanggapi kekhawatiran yang akan dipertimbangkan juga oleh Turki.
Cavusoglu pun mengingatkan kelompok milisi Kurdi PKK, yang dilarang sebagai teroris oleh AS dan Uni Eropa, telah mengadakan pertemuan di Stockholm selama akhir pekan. Meski demikian, dia mengatakan Turki tidak menentang kebijakan aliansi yang terbuka bagi semua negara Eropa yang ingin melamar masuk NATO.
Setiap keputusan tentang perluasan NATO membutuhkan persetujuan dari 30 sekutu dan parlemen. Ankara merupakan anggota NATO selama 70 tahun, tetapi kini berada di bawah tekanan besar untuk menyerah, karena aliansi tersebut menganggap bahwa aksesi Finlandia dan Swedia akan sangat memperkuatnya di Laut Baltik.
Swedia dan Finlandia sama-sama netral selama Perang Dingin dan keputusan mereka untuk bergabung dengan NATO akan menjadi salah satu perubahan terbesar pada arsitektur keamanan Eropa selama beberapa dekade. Tindakan itu mencerminkan pergeseran besar dalam opini publik di kawasan Nordik sejak Rusia menginvasi tetangganya Ukraina pada Februari.
Pengumuman dukungan untuk keanggotaan dari Sosial Demokrat Swedia membuka jalan bagi Perdana Menteri Andersson untuk meluncurkan aplikasi resmi dalam beberapa hari. Setelah diperiksa oleh sekutu NATO dan jika keberatan Turki ditangani, persetujuan bisa datang hanya dalam hitungan minggu.
Moskow telah menanggapi prospek negara-negara Nordik bergabung dengan NATO dengan mengancam pembalasan, termasuk langkah-langkah teknis-militer yang tidak ditentukan.
"Kami akan memperkuat perbatasan kami dan memperkuat pengelompokan pasukan Rusia di perbatasan jika senjata NATO dikerahkan dekat dengan Rusia di Finlandia," ujar kepala majelis tinggi parlemen komite pertahanan dan keamanan Rusia Viktor Bondarev menulis dalam sebuah posting di Telegram.
Untuk menahan amarah Rusia, Presiden Finlandia Sauli Niinisto melakukan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Sabtu (14/5/2022). Dia mengatakan percakapan mereka terukur dan tidak mengandung ancaman apapun.
"Dia menegaskan bahwa dia pikir itu kesalahan. Kami tidak mengancam Anda. Secara keseluruhan, diskusi itu sangat, bisa saya katakan, tenang dan sejuk," kata Niinisto dalam wawancara dengan program "State of the Union" di CNN.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto