Setelah mendapat penghargaan internasional tertinggi terkait dengan isu kependudukan oleh The United Nation Population Award (UNPA) 2022, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) semakin terpacu memberikan pelayanan terbaik untuk mencegah kematian ibu dan bayi akibat kehamilan yang tidak direncanakan.
Melalui penghargaan yang diterima BKKBN untuk kali kedua itu juga memacu semangat untuk menurunkan angka prevalensi stunting dengan target 14 persen di tahun 2024 melalui program Keluarga Berencana (KB).
Baca Juga: Patut Diapresiasi! BKKBN Sabet Penghargaan Kependudukan Internasional Tertinggi di UNPA 2022
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan bahwa pihaknya akan berkomitmen dalam gerakan pemberdayaan serta memberikan edukasi secara masif untuk mempertahankan angka contraceptibe prevalensi rate (CPR) di 57 persen. Hasto mengatakan, dalam hal ini BKKBN akan terus berkomitmen untuk menurunkan angka total fertility rate (TFR) dari yang sebelumnya 2,46 menjadi 2,24 selama pandemi.
"Kami fokus kepada pembangunan keluarga, baik secara kualitas maupun kuantitas untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak serta mempercepat penurunan prevalensi stunting," kata Hasto dalam keterangan tertulisnya, Selasa (14/6/2022).
Sebelumnya, Hasto mengatakan penghargaan yang diterima BKKBN dari UNPA merupakan buah dari kerja keras dan kerja sama yang terjalin dengan pemerintah. Dia juga mengatakan bahwa BKKBN berhasil menerapkan program KB untuk menekan angka kelahiran dari 5,6 menjadi 2,2 kelahiran per perempuan selama 1970 hingga 2000.
Baca Juga: Sambut Hari Keluarga Nasional ke-29, BKKBN Targetkan 14 Persen Prevalensi Stunting Menurun
"Penurunan angka kelahiran ini memperlambat laju pertumbuhan penduduk dan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan serta infrastruktur, sehingga meningkatkan standar hidup masyarakat," katanya.
Hasto mengatakan bahwa hasil dari program KB yang dijalankan BKKBN adalah bonus demografi yang diraih Indonesia. Bonus demografi secara umum berdampak pada meningkatnya kesejahteraan dengan indikator jumlah penduduk produktif lebih banyak daripada yang tidak.
Perubahan usia kerja, kata Hasto, meningkat secara signifikan sehingga berpotensi mendorong pertumbuhan perekonomian nasional. Sementara itu, terjadi pula penurunan angka kelahiran yang berpengaruh pada meningkatnya pendapatan kaum perempuan yang secara langsung terlibat dalam dunia pekerjaan. Sementara itu, Hasto menyebut bahwa pendapatan perempuan berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga; makanan, pakaian, tempat tinggal, sekolah dan kesehatan.
"Kalau anaknya banyak, perempuan tidak sempat lagi ikut bekerja membantu penghasilan keluarga, tetapi hanya mengurusi anaknya yang banyak," papar Hasto.
Baca Juga: Kendalikan Angka Kelahiran dan Stunting, BKKBN Sosialisasikan Metode Kontrasepsi Baru, Simak!
Hasto menyebut, program KB yang dilakukan BKKBN berhasil mengendalikan pertumbuhan penduduk dengan menekan angka kelahiran hampir 100 juta kelahiran.
Berdasarkan proyeksi angka kelahiran di tahun 1971, kata Hasto, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan ada di angka 326 juta jiwa di tahun 2010. Kendati demikian, BKKBN berhasil menepis prediksi dan mengendalikan angka kelahiran yang berdampak pada naiknya gross nation product (GNP) penduduk per kapita serta menurunkan angka kemiskinan sebesar 40 persen pada tahun 1970 menjadi 11 persen.
Hasto juga menyebut bahwa angka harapan hidup masyarakat Indonesia berhasil ditingkatkan dalam 30 tahun terakhir. Hal ini terbukti dari meningkatnya presentase penduduk yang berusia lanjut. Presentasenya pun dinilai cukup tinggi, pada periode 1971-2021 sebanyak 9,92 persen menjadi 26 juta jiwa.
Baca Juga: BKKBN: Banyak Anak dalam Satu Keluarga, Penyumbang Stunting Tinggi
BKKBN, lanjut Hasto, berhasil mengembangkan program Lansia Tangguh yang berdampak pada tingginya harapan hidup masyarakat.
Lebih lanjut, Hasto juga mengungkapkan bahwa sejak Januari 2021, BKKBN ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagai agen percepatan penurunan stunting. Dan melalui program KB, kata Hasto, terbukti prevalensi stunting menurun di angka 24,4 persen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Andi Hidayat
Editor: Ayu Almas