Ketika Miliarder Dunia Berkumpul Rencanakan Kabur dari Hari Kiamat, Siasat Mereka Bikin Geleng-Geleng Kepala!
Miliarder papan atas dunia ternyata takut dengan kiamat. Belum lama ini, mereka mengundang seorang ahli untuk mempersiapkan rencana kabur dari momen menyeramkan itu.
Ialah Douglas Rushkoff yang diundang untuk berbicara dengan sekelompok miliarder teknologi di sebuah resor pribadi di gurun pasir, dia merasa sudah mempersiapkan dirinya dengan maksimal. Ternyata dia salah.
Douglas adalah seorang penulis, ahli teori dan profesor di City University of New York. Ia diminta untuk membahas "masa depan teknologi."
Douglas bahkan mendapat bayaran yang banyak, sekitar sepertiga dari gaji profesornya selama setahun. Ia juga ditanggung penerbangannya dan naik 'limousine' selama tiga jam ke lokasi yang dirahasiakan.
Baca Juga: Ingin Tetap Investasi Saham di Tengah Inflasi? Ini Saran Miliarder Investor Kevin O'Leary!
"[Ketika saya tiba], bukannya membawa saya ke atas panggung, mereka membawa lima orang ini ke ruangan tempat saya bersiap-siap. Dan mereka berkata, 'ini tempatnya'," katanya kepada program Drawing Room milik ABC Radio National, seperti dikutip dari ABC Australia di Jakarta, Jumat (21/10/2022).
Kelima orang itu adalah investor teknologi papan atas dunia, pejabat lembaga keuangan dan setidaknya dua dari mereka adalah miliarder. Awalnya, Douglas ditanya hal-hal yang dianggapnya biasa.
"Mereka menanyakan semua pertanyaan umum yang diajukan investor teknologi, seperti, 'apa yang lebih baik, Bitcoin atau Ethereum? Virtual reality atau augmented reality?'" katanya.
Tapi lama-lama arah pembicaraan berubah, ia jadi tahu mengapa ia diundang ke gurun.
"Bagaimana saya mempertahankan otoritas saya atas pasukan keamanan yang saya miliki setelah 'peristiwa' itu?" salah satu pria bertanya.
'Peristiwa itu' yang dimaksud adalah sebutan untuk akhir zaman, bisa berupa kehancuran lingkungan, kerusuhan sosial, ledakan nuklir, badai matahari, virus yang tak bisa dihentikan, atau peretasan komputer berbahaya yang akan menghancurkan segalanya.
Para miliarder ini adalah orang kaya-raya yang yakin peradaban manusia dapat runtuh kapan saja. Mereka ingin melihat pandangan Douglas untuk bisa menghindari kejadian itu.
Seseorang bahkan bertanya, tempat mana yang paling aman saat hari terakhir itu terjadi: Selandia Baru atau Alaska?
Sementara itu, yang lain sudah menyiapkan bunker dan penjaga keamanan.
Ada banyak pertanyaan soal penjaga ini, seperti 'Bagaimana membayar mereka saat crypto tidak berharga lagi? Apa yang akan menghentikan mereka mendengar perintah? Mungkin penjaga robot akan lebih baik?'
"Hampir seluruh pembicaraan membicarakan skenario Walking Dead," katanya, mengacu serial kiamat zombie yang diangkat ke layar kaca.
Tapi Douglas merasa tidak bisa membantu menjawabnya. Ia pun akhirnya punya kesimpulan soal orang-orang terkaya dan paling berkuasa yang pernah bersamanya itu.
"Saya mulai melihat mereka sebagai orang yang menyedihkan," katanya.
Pertemuan di gurun yang aneh tersebut membuat Douglas bertanya mengapa beberapa orang yang punya hak-hak istimewa di dunia malah memikirkan tentang kehancuran dunia.
Salah satu pendiri PayPal, Peter Thiel, adalah salah satu dari beberapa miliarder yang sudah punya warga negara Selandia Baru dan membeli sebidang tanah di kawasan terpencil di negara itu.
Pada bulan Agustus, rencana Peter terhalang ketika Dewan Wilayah Queenstown Selandia Baru menolak rencananya untuk membangun penginapan mewah yang berbentuk seperti bunker.
Ada pula mereka yang dikenal sebagai 'seasteaders'; yang yakin struktur bangunan yang jauh dari perairan internasional adalah 'jalan keluar' terbaik dari masyarakat.
Satu perusahaan bernama Vivos memanfaatkan kekhawatiran soal kiamat dengan menjual apartemen mewah di bawah tanah, yang dulunya sebuah fasilitas di era Perang Dingin, kemudian direnovasi. Bangunan bekas tempat penyimpanan rudal, sekarang lengkap dengan kolam renang dan bioskop.
Douglas mengatakan idenya tidak terbatas pada struktur fisik.
Dia menunjukkan bagaimana Jeff Bezos ingin pergi ke luar angkasa dan Mark Zuckerberg memiliki metaverse virtualnya, yang dia sebut variasi lain dari 'melarikan diri' dari kita semua.
"Ray Kurzweil, salah satu kepala ilmuwan di Google, punya tujuan utama membangun komputer yang dapat menampung otaknya," katanya.
Selama pertemuan di gurun, Douglas mencoba menyampaikan beberapa gagasannya.
"Cara mencegah malapetaka adalah dengan mulai memperlakukan orang lain dengan lebih baik sekarang. Tapi itu bukan cara Amerika. Itu tentu bukan pola pikir mereka yang ingin berkuasa di atas umat manusia lainnya."
Jadi apa pesan utama Douglas untuk umat manusia?
"Kita perlu menyadari kalau kita menjalani semua ini bersama-sama, dan kita melakukan lebih sedikit [tak berambisius], menjadi lebih membumi, dan lebih sosial... Ini mengubah apa yang kita anggap sebagai kesuksesan."
Dan khusus bagi para pengusaha teknologi: "[Tanyakan] bagaimana bisa bekerja keras untuk membuat dunia ini lebih baik?"
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: