Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Biarpun Diskusi Alot, Ujungnya Mayoritas Negara G20 Mengutuk Rusia, tapi Sebagian Berpandangan...

        Biarpun Diskusi Alot, Ujungnya Mayoritas Negara G20 Mengutuk Rusia, tapi Sebagian Berpandangan... Kredit Foto: Antara
        Warta Ekonomi, Nusa Dua -

        Group of 20 atau G20 dengan suara bulat mengadopsi deklarasi pada Rabu (16/11/2022) mengatakan sebagian besar anggota mengutuk perang di Ukraina. Tetapi dokumen pada akhir pertemuan puncak mereka mengakui beberapa negara melihat konflik secara berbeda.

        Itu adalah konflik Ukraina, yang dimulai dengan invasi Rusia pada bulan Februari, yang mendominasi KTT selama dua hari di Pulau Bali, Indonesia.

        Baca Juga: Sehari Setelah KTT G20 Rampung, Pesawat Kepresidenan Jokowi Mendarat di Thailand, Agenda Apa?

        "Sebagian besar anggota mengutuk keras perang di Ukraina," kata para pemimpin dalam deklarasi mereka, menandakan bahwa Rusia, yang merupakan anggota G20, menentang kata-kata tersebut, dilansir Reuters. 

        Deklarasi tersebut mengakui bahwa "ada pandangan lain dan penilaian yang berbeda terhadap situasi dan sanksi" tetapi tiga diplomat mengatakan bahwa hal itu diadopsi dengan suara bulat.

        Para pemimpin G20 juga mengatakan dalam deklarasi bahwa penggunaan atau ancaman penggunaan senjata nuklir "tidak dapat diterima".

        “Sangat penting untuk menegakkan hukum internasional dan sistem multilateral yang menjaga perdamaian dan stabilitas. Ini termasuk mempertahankan semua tujuan dan prinsip yang diabadikan dalam Piagam PBB dan mematuhi hukum humaniter internasional,” kata mereka.

        Presiden tuan rumah Indonesia, Joko Widodo, mengatakan perang Ukraina telah menjadi isu yang paling diperdebatkan.

        "Diskusi mengenai hal ini sangat, sangat alot dan pada akhirnya para pemimpin G20 menyepakati isi deklarasi, yang mengutuk perang di Ukraina karena telah melanggar batas negara dan integritas," katanya.

        Pemerintah China tidak segera mengomentari deklarasi tersebut tetapi media pemerintahnya menerbitkan terjemahannya dalam bahasa China.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: