Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Salah Kaprah Soal Ekonomi Keberlanjutan: Dahulukan LST, Bukan Ekonomi

        Salah Kaprah Soal Ekonomi Keberlanjutan: Dahulukan LST, Bukan Ekonomi Kredit Foto: Warta Ekonomi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Indonesia tengah gencar bergerak menunju ekonomi berkelanjutan atau sustainable economy. Namun, semangat negara yang tinggi tak dibarengi dengan pemahaman dasar paradigma ekonomi berkelanjutan yang memadai.

        Hal itu diungkapkan oleh Kepala Trisakti Sustainability Center Juniati Gunawan. Saat diskusi bertajuk Satu Tahun Pencabutan Izin Konsesi & Investasi Hijau yang digelar oleh TuK Indonesia, Juniati mengatakan masih adanya salah kaprah soal paradigma ekonomi berkelanjutan.

        "Aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola atau LST harus didahulukan, bukan ekonominya yang duluan," katanya, Kamis (5/1/2023).

        Baca Juga: Evaluasi Usai Setahun Pencabutan Izin Konsesi Lahan: Target Tak Tepat Sasaran

        Namun, lanjut dia, saat ini banyak perusahaan yang lebih memusatkan perhatian pada aspek ekonomi daripada aspek LST. Misalnya, perusahaan hanya berfokus pada biaya atau cost yang mahal saat menuju ekonomi berkelanjutan. Padahal, tujuan utama ekonomi berkelanjutan adalah soal efisiensi.

        "Karena tidak digunakan secara strategis, ya biaya semua. Bisa nggak berpikir gini, bahwa aspek LST adalah efisiensi, hemat energi, dan jaga lingkungan hidup. Biayanya tidak usah besar-besar," paparnya.

        Contohnya, banyak perusahaan yang gencar membeli solar panel dengan tujuan untuk menerapkan ekonomi berkelanjutan. Sementara itu, tingkat efisiensinya hanya 20%-30%.

        "Itu biaya. Kenapa nggak urusin yang bisa dikontrol di dalam? Untuk hemat dulu, kan efeknya juga di lingkungan," pungkas dia.

        Juniati berpendapat dalam menerapkan ekonomi berkelanjutan, aspek utama yang perlu diperhatikan adalah pemimpin yang memiliki jiwa sustainability yang konsisten. Sebab, bila pemimpinnya tak memiliki komitmen yang konsisten, maka praktik ekonomi berkelanjutan tidak akan terwujud.

        "Kalau pimpinan enggak gerak, sulit sekali," ujar dia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Imamatul Silfia
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: