Strategi Capres 'Semua Orang Jokowi' Gagal Gegara Anies Baswedan, Partai Koalisi Pemerintah Disebut Masing-masing Bakal Cari Selamat
Pakar Hukum Tata Negara dan Pengamat Politik Refly Harun menilai ada rencana dan strategi kubu penguasa agar memastikan calon presiden di 2024 hanya dari kalangan mereka alias ‘Orangnya Jokowi’.
Hanya saja hal itu seketika hancur berantakan setelah NasDem yang merupakan bagian dari kekuasaan malah mendukung Anies Baswedan sebagai calon presiden. Menurut Refly, hal ini akan membuat partai penguasa cari selamat dengan ambil jalan masing-masing dan tak lagi mengikuti rencana awal.
“Karena ini pecah maka besok akan cari selamat masing-masing. PPP misalnya tidak ada jaminan saat terakhir tidak ke Anies, atau Golkar misalnya tidak ada jaminan saat terakhir dia akan maju sendiri, dsb. Bahkan konon bisik-bisik tetangga ada partai besar yang sudah mendekati kubu Anies, bisa jadi kemudian terealisasi,” ujar Refly melalui kanal Youtube miliknya, dikutip Rabu (2/1/23).
Menurut Refly, strategi awal koalisi istana sangat matang mengingat Jokowi berhasil “merauk” mayoritas partai politik khususnya di parlemen dan menyisakan Demokrat dan PKS saja.
Terlebih Demokrat dan PKS pun jika digabungkan maka perolehan kursi mereka tak bisa memnuhi ambang batas pencalonan presiden.
“Koalisi istana awalnya itu koalisi 80 persen lebih partai politik yang tergabung dalam koalisi istana ini yaitu 7 partai politik,” ujar Refly.
Pilihan Surya Paloh dengan NasDem disebut Refly secara otomatis membuyarkan skenario ‘Semua orang Jokowi’ di Pilpres 2024.
“Ternyata NasDem sudah mulai terpecahnya koalisi istana tersebut, sehingga dengan NasDem mencalonkan Anies Baswedan maka istana tidak bisa sepenuhnya lagi mengontrol siapa yang akan jadi capres,” jelasnya.
Jika NasDem tidak berani ambil pilihan mengusung Anies maka menurut Refly skenarionya adalah Demokrat dan PKS bakal tidak diajak bertarung di Pilpres 2024 mengingat gabungan kursi legislatif mereka tidak mencukupi ambang batas pencalonan presiden.
“Nanti koalisi istana ini memecah jadi dua calon dan di antara mereka ada gentlemen agreeent yaitu siapa pun yang menang maka portofolio kekuasaan itu dibagi sedemikian rupa,” ungkapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto
Tag Terkait: