Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bagaimana Hukum Makan Sahur saat Terdengar Kumandang Adzan Subuh? Ini Jawaban Ustadz Adi Hidayat

        Bagaimana Hukum Makan Sahur saat Terdengar Kumandang Adzan Subuh? Ini Jawaban Ustadz Adi Hidayat Kredit Foto: Instagram/Ustadz Adi Hidayat
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Memasuki momen berpuasa Ramadan, animo masyarakat terkait kegiatan peribadahan turut meningkat, termasuk soal hukum-hukum dalam beribadah, seperti hukum makan sahur di waktu azan yang cukup menjadi bahan perbincangan antarumat muslim.

        Terkait dengan hukum ini, dalam bab mengenai perkataan Nabi Muhammad SAW dalam hadis HR.Bukhori (621) Muslim (1093) menyampaikan:

        Baca Juga: Tembus 25 Juta User, BRImo Siap Temani Ramadan Kamu

        Dari Abdullah bin Mas'ud radhiallahu'anhu dari Nabi sallallahu'alaihi wasallam bersabda:"Tidak menghalangi azannya Bilal salah satu di antara kamu dari sahurnya. Karena dia azan (waktu) malam, agar kembali orang yang menunaikan (salat) di antara kamu, dan mengingatkan yang tidur di antara kamu. Tidak (layak) mengatakan (masuk waktu) fajar atau subuh". HR.Bukhori (621) Muslim (1093)

        Melihat pada penafsiran bebas hadis tersebut, umat muslim masih diperbolehkan makan sahur saat azan dari Bilal bin Rabah telah berkumandang, namun demikian Ustaz Adi Hidayat dalam video berjudul Hukum Makan Sahur Saat Azan & Sejarah Imsak yang diunggah oleh akun YouTube Audio Dakwah menyampaikan masyarakat perlu berhati-hati dalam penafsiran hadis secara tekstual.

        Dalam hal ini, berdasarkan sejarah pembatasan waktu sahur di zaman Nabi Muhammad SAW, Bilal bin Rabah bukanlah merupakan satu-satunya muazin pada masa itu, melainkan ada pula sahabat Nabi bernama Abdullah bin Ummi-Maktum yang juga seorang muazin di zaman Nabi Muhammad SAW. Lalu mengapa yang disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah azannya Bilal bin Rabah?

        "Bahwa [karena] Bilal itu biasa azan tapi bi laili, bukan fajr. Lail itu dimulai dari ba'da Isya sampai ke fajar [...] di kala sudah tiba fajar maka saat itu bukan lail lagi, sudah masuk waktu yang disebut dengan subuh, awal pagi. Paginya disebut dengan shobah. Kapan awal pagi? Saat awal cahaya matahari membelah keadaan malam, awal cahaya disebut dengan fajar, karena itu waktu subuh sering disebut juga dengan fajar," terang Ustaz Adi Hidayat, dikutip pada Sabtu (25/3/2023).

        Pemahaman pada hadis tersebut selaras dengan penjelasan mengenai fajar yang terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah/2:187 mengenai puasa yang menyebutkan bahwa, "... Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam..."

        Baca Juga: BLACKPINK Konser Nggak Dipermasalahkan, Larangan Bukber Selama Ramadan yang Dikeluarkan Jokowi Dinilai Aneh dan Tak Relevan

        "Sampai jelas benang putih membelah keadaan malam, masih bisa makan, kalau fajar sudah tiba, selesai makan dan minum. Fajar dimulai puasa. Kalau mau makan minum, silakan lail. Tapi ketika fajar tiba, puasa dimulai," tegas Ustaz Adi.

        Adapun, Ustaz Adi Hidayat membetulkan terhadap pemahaman istilah imsak, di mana pemahaman imsak sebenarnya memiliki arti yang sama dengan puasa karena imsak merupakan sinonim dari shiam dan shaum yang artinya sama-sama 'puasa'.

        "Jadi kalau azan sudah berbunyi, fajar sudah tiba, waktunya subuh. Apa tandanya? Kalau orang dulu keluar melihat fajar, semakin simple, apa tandanya? Azan. Begitu juga di Islam, ada salat Fajar, salat Subuh, tandanya apa? Azan. Tibalah waktu Subuh. Tandanya subuh itu azan. Kalau subuh masuk, berarti fajar, kalau sudah fajar, berarti dimulailah puasa. Dimulai dengan imsak."

        Dengan contoh kasus masyarakat saat ini, di mana Subuh ditandai pada pukul 4.35 pagi sementara imsak pada pukul 4.25, berdasarkan penjelasan Ustaz Adi Hidayat, ada sebuah kekeliruan dalam pemahaman imsak tersebut. Apalagi dengan pemahaman masyarakat yang menganggap waktu imsak adalah tanda untuk berhenti makan dan minum sahur.

        Baca Juga: Doa Berbuka Puasa Dibaca Sebelum atau Setelah Berbuka? Ustaz Adi Hidayat Ungkap Begini Kebiasaan Rasul

        "Imsak artinya puasa. Kapan puasa dimulai? Saat fajar tiba. Kalau fajar sudah tiba, muncul subuh. Apa tandanya subuh? Secara gampangnya azan. Subuh tiba, fajar dimulai. Puasa. Imsak. Waktu subuh jam berapa? 4.35. Imsaknya jam berapa? 4.35. Kenapa bisa jadi 4.25? Kalau masih 4.25, itu belum imsak, belum puasa, itu masih lail. Belum masuk fajar," kata Ustaz Adi.

        Terkait dengan azan ini, secara sejarah, Abdullah bin Ummi-Maktum yang memiliki keterbatasan untuk menunaikan salat Subuh di masjid meminta izin kepada Nabi Muhammad SAW untuk melaksanakan salat Subuh di rumah. Namun demikian, Nabi Muhammad SAW menganjurkan Abdullah bin Ummi-Maktum untuk tetap dapat melaksanakan salat Subuh di masjid.

        "Sejak peristiwa itu, beliau (Abdullah bin Ummi-Maktum) pun azan. Jadi sejak peristiwa itu, ada dua azan ditunaikan, khususnya azan yang terkait pada saat Ramadan. Azan pertama menandakan bahwa sebentar lagi waktu fajar akan tiba, azannya di waktu lail," terang Ustadz Adi.

        Bilal bin Rabah pun melaksanakan azan pertama yaitu azan di waktu lail untuk memberikan isyarat kepada masyarakat bahwa waktu fajar akan segera tiba dan akan ada azan selanjutnya yang dikumandangkan oleh Abdullah bin Ummi-Maktum.

        Dari Aisyah radhiallahu'anha dari Nabi sallallahu'alaihi wasallam sesungguhnya beliau bersabda: "Sesungguhnya Bilal adzan (waktu) malam hari, maka makan dan minumlah sampai Ibnu Ummi Maktum azan". Qasim bin Muhammad perowi hadit mengatakan dari Aisyah radhiallahu'anha: "Tidak ada (waktu senggang) di antara dua azan melainkan naik ke sini dan turun ke sini." HR.Bukhori (623) dan Muslim (1092).

        Baca Juga: Bingung Salat Subuh Pakai Qunut atau Tidak? Ini Jawaban Ustaz Adi Hidayat

        Sebagai pengingat umat muslim untuk senantiasa dapat beribadah secara istiqomah, Ustaz Adi menyampaikan perilaku sahabat Nabi dapat menjadi contoh untuk umat muslim senantiasa bersemangat dalam beribadah meskipun dalam keadaan diri yang sedang mengalami kesulitan.

        "Sahabat itu selalu punya visi yang luar biasa, jadi kalau mendengar kalimat dari Nabi yang sifatnya ada ketegasan atau hal yang tidak biasa, maka kesimpulan mereka, ini pasti ada pahala yang besar di situ. Melihatnya bukan pada beratnya, tapi pada pahalanya [...] Jikalau Anda mendapatkan suatu masalah, beban yang cukup berat atau diminta mengerjakan sesuatu yang barangkali tidak mudah bagi Anda, ini ada isyarat bahwa di situ ada pahala yang besar luar biasa," kata Ustaz Adi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Tri Nurdianti
        Editor: Ayu Almas

        Bagikan Artikel: