Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Gaung Koalisi Besar Makin Lirih, Jokowi Ternyata Tak Cukup 'Sakti'

        Gaung Koalisi Besar Makin Lirih, Jokowi Ternyata Tak Cukup 'Sakti' Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pengamat menilai bahwa ketua umum partai politik mulai menyadari bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak sekuat yang dibayangkan. Pasalnya, wacana koalisi besar yang sempat didengungkan seusai acara buka puasa Presiden Jokowi dan ketum-ketum parpol pada April lalu perlahan mulai hilang.

        Wacana koalisi besar meredup seusai PDI Perjuangan (PDIP) mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres) mereka. Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Khoirul Umam, menyebut, aksi Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri, itu seakan menutup jalan Jokowi yang coba mengawinkan PDIP dan partai-partai lain di lingkungan Istana.

        Baca Juga: Kepanasan Disentil Anies Soal Subsidi Mobil Listrik, Demokrat Heran dengan Reaksi Pembantu Jokowi: Kok Ngeroyok?

        Hal itu coba dilakukan Jokowi dengan komposisi capres Prabowo Subianto. Umam merasa, itu pula yang menjadi alasan ketika panen raya di Kebumen, narasi yang dimunculkan bukan Ganjar-Prabowo melainkan Prabowo-Ganjar.

        Akan tetapi, Umam melihat, ketika upaya-upaya pengepungan lima partai terhadap PDIP dijawab langsung Megawati Soekarnoputri, Jokowi terkesan kelimpungan. Desain Jokowi menggabungkan kekuatan PDIP dan lima partai lain tidak tercapai.

        Oleh karena itu, Umam berpendapat, saat ini Jokowi sedang mencoba menegosiasi ulang, mencoba melakukan kompromi mengawinkan Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Atau, mencoba komposisi terbalik Prabowo dan Ganjar.

        "Kalau itu tidak berhasil, karena bagaimanapun kalau komposisi Ganjar-Prabowo, elektabilitas Gerindra berpotensi mengalami koreksi besar yang signifikan," kata Umam kepada Republika belum lama ini, dikutip Sabtu (13/5).

        Ia menilai, jika Gerindra berpikir ulang kemungkinan besar mereka tidak akan mengambil opsi itu. Apalagi, jika dicermati banyak partai yang kemarin mendengungkan koalisi besar marah atas kondisi tersebut.

        "Marahnya, konteksnya, ternyata kesaktian Pak Jokowi tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya," ujar Umam.

        Apalagi, ketika diveto Megawati, jelas Jokowi tidak bisa melakukan apa apa. Konon, Umam mengungkapkan, Prabowo begitu marah sampai bersumpah membangun koalisi yang sangat kuat untuk menghadapi PDIP di 2024 nanti.

        "Yang bisa dilakukan Jokowi sekarang menjadi deadlock breaker, apakah memungkinkan, tentu, tapi tidak mudah karena ada ego politik yang sangat besar," kata Umam.

        Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid, mengakui bahwa koalisi besar akan sulit terealisasi. Karena, menurutnya, untuk menyamakan pandangan dari tiga partai politik besar tidaklah mudah dan membutuhkan waktu yang panjang.

        "Tidak mudah mencari titik temu bagi partai partai yang ketua umumnya memang memiliki potensi besar untuk masuk di presiden maupun cawapres," ujar Jazilul lewat pesan suara, Senin (8/5/2023).

        Saat ini, PKB bersama Partai Gerindra sudah menjalin kerja sama politik lewat Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR). Keduanya juga bersepakat untuk menjalin komunikasi dengan partai politik lain guna mendulang kekuatan lebih besar.

        "Jadi PKB kira-kira ya apa mendinamisir keadaan supaya dinamika seninya itu memang presisi hasilnya. Apalagi nanti disepakati ada koalisi besar," ujar Jazilul.

        "Kalau sekarang memang dengan Gerindra kerja samanya, namun kerja sama itu juga dibolehkan untuk merangkul partai-partai yang lain," sambung Wakil Ketua MPR itu.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: