Punya Harta Berlimpah Tak Jamin Kebahagiaan, Bos SoftBank Masayoshi Son Ternyata Alami Krisis Kepercayaan Diri Hingga Menangis Berhari-Hari
CEO miliarder SoftBank Masayoshi Son mengakui bahwa dia menangis begitu kencang setelah melakukan pencarian jiwa tahun lalu. Ini karena pria berharta USD26 miliar (Rp387 triliun) ini menyadari bahwa dia tidak akan pernah bisa mewujudkan mimpinya untuk menjadi seorang arsitek.
“Saya menangis keras. Air mata tidak berhenti selama berhari-hari,” kata taipan teknologi Jepang itu di hadapan para pemegang saham selama pertemuan tahunan perusahaan di Tokyo, menurut The Wall Street Journal.
“Ada kalanya saya merasakan kekosongan yang nyata,” kenangnya, mengutip New York Post di Jakarta, Rabu (22/6/23). Ia mencatat bahwa pekerjaan pengairan dimulai setelah dia ditanya kembali pada bulan Oktober tentang pencapaiannya sebagai pengusaha.
Pria berusia 65 tahun ini mengatakan dia telah memutuskan untuk menjadi seorang arsitek untuk masa depan umat manusia, seraya mengarahkan pandangannya pada ChatGPT. Son telah menggunakan ChatGPT setiap hari untuk melakukan brainstorming lebih dari 600 penemuan untuk SoftBank selama delapan bulan terakhir.
Dalam satu percakapan panjang yang terjadi sekitar pukul 3 hingga 4 pagi, Son mengatakan bahwa dia mengajukan ide ke chatbot yang didukung OpenAI dan itu menimbulkan keberatan.
“Setelah kami mengulanginya beberapa lusin kali, saya benar-benar merasa hebat karena ide saya dipuji karena layak dan luar biasa,” katanya.
Son menambahkan bahwa dia telah mendirikan lima kantor untuk mengajukan paten atas kreasi tersebut. Tidak jelas apa penemuan ini, atau apakah mereka ditenagai oleh AI.
Dalam presentasi besar pertamanya sejak November, Son mengaku menyesali kesalahan besar sebagai tanggapan atas pertanyaan investor soal investasi SoftBank di perusahaan modal ventura Vision Fund benar-benar berfokus pada kecerdasan buatan.
Pada tahun 2019, Vision Fund menderita kerugian besar sebesar USD8,9 miliar (Rp132 triliun), kerugian triwulanan pertamanya dalam 14 tahun yang dikaitkan dengan strategi Son bertaruh besar pada perusahaan rintisan yang membakar uang.
Sejak itu, SoftBank menghentikan investasi baru dan menggunakan hampir seluruh sahamnya di raksasa e-commerce China Alibaba untuk pembiayaan, menurut The Times.
Akibatnya, perusahaan memiliki lebih dari USD35 miliar (Rp521 triliun) dalam bentuk tunai, menurut The Times, meskipun SoftBank mencatat kerugian bersih sebesar USD6,9 miliar (Rp102 triliun) untuk tahun fiskal yang berakhir Maret.
Son mengatakan SoftBank telah berbuat cukup defensif dan akan melakukan serangan balasan setelah bertahun-tahun bersiap untuk menggunakan kecerdasan buatan.
“Saya sangat senang,” tambah Son tentang upaya bullish SoftBank dengan AI.
Dia juga memuji CEO OpenAI Sam Altman sebagai salah satu orang kunci di Bumi, menurut The Times. Ia juga memperingatkan perusahaan agar tidak menghindari AI generatif meskipun membutuhkan lebih banyak peraturan.
SoftBank berfokus pada AI dengan pengembangan Arm yang dirancang untuk mengembangkan teknologi baru lebih cepat khususnya kecerdasan buatan dan augmented reality.
“Saya ingin mencapai beberapa [penemuan saya] satu per satu dan Arm akan memberikan kuncinya. Dengan menggunakan posisi Arm dan menggabungkannya dengan ide-ide saya, akan ada peluang yang luar biasa,” kata Son saat pertemuan di Tokyo.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: