Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Respons Helmy Yahya Soal Perubahan Cepat Media dan AI: Kalau Tak Cepat Mengikuti, Ya Selesai!

        Respons Helmy Yahya Soal Perubahan Cepat Media dan AI: Kalau Tak Cepat Mengikuti, Ya Selesai! Kredit Foto: YouTube/Indrawan Nugroho
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Praktisi yang hampir puluhan tahun malang melintang di dunia media, sekaligus CEO & Co-founder R66 Media, Helmy Yahya, menanggapi soal perubahan media yang cepat serta hadirnya kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). 

        "Dunia media itu berubahnya cepat banget. Kalau kita nggak cepat untuk mengikutinya, ya selesai, terlepas dari teknologi yang dipakai," ujar Helmy dalam video berjudul "Begini Nasib Media Konvensional Menurut Helmy Yahya" di kanal YouTube Indrawan Nugroho, dilansir Rabu (19/7/2023). 

        Baca Juga: Elon Musk: AI yang Sangat Pintar Tidak Akan Menggantikan Peran Manusia

        Helmy menanggapi soal perlunya praktisi industri media untuk membuka diri dan belajar dari generasi muda yang paham atau terbiasa dengan media baru (new media), yang terdapat istilah baru seperti hashtagging, clickbaiting, hingga algoritma media sosial di masing-masing kanal. 

        "Kita tahu teknologinya berbeda. Jadi bagaimana orangnya, pelaku industri atau orang di dalamnya bisa bertahan. Saya harus membuka diri saya, saya harus memiliki keterampilan, [dan] yang kita semua perlukan sebagai leader adalah membiarkan diri kita menyerap dari lingkungan kita termasuk anak-anak muda," jelas Helmy. 

        Tidak hanya itu, Helmy juga merespons soal masalah audiens atau penonton. Ia mengakui terdapat perbedaan antara penonton TV dengan penonton media baru. 

        "Penontonnya beda sekarang, penontonnya adalah bukan penonton TV. Sementara kamu jago TV. Apa yang ada di TV, belum tentu di sini [media baru] dan begitu juga sebaliknya. Itu yang saya pelajari," tambahnya. 

        Meskipun begitu, Helmy mengatakan stasiun televisi milik negara tetap harus dipertahankan. Pasalnya, stasiun tersebut memiliki 400 pemancar hingga ke daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Namun, untuk mempertahankannya, syaratnya harus dikelola dengan benar. 

        Helmy beralasan stasiun televisi milik negara berbeda jauh jangkauannya dengan stasiun televisi swasta. 

        Baca Juga: Mengenali Kelebihan Platform Media Sosial dan Marketplace untuk Promosi Bisnis

        "Swasta itu jangkauannya dengan berapa ya, paling 56-65 menara di seluruh Indonesia. Paling menjangkau 50 juta dan hanya ada di kota-kota besar. Karena titik-titik swasta itu kan kapital," ujarnya serius. 

        "Jadi dia akan harus memulihkan modalnya investasi yang triliunan itu. Dia tidak akan masang tuh di Nunukan yang penduduknya sedikit. Di situlah TV publik harus hadir," tutup Helmy. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nadia Khadijah Putri
        Editor: Ayu Almas

        Bagikan Artikel: