Sekelompok tim peneliti akademis dari Amerika Serikat baru-baru ini menerbitkan sebuah studi yang mengeksplorasi bagaimana “gambler’s fallacy” atau kekeliruan mental penjudi dapat memengaruhi donasi mata uang kripto. Temuan mereka menunjukkan, organisasi yang menerima donasi kripto dapat memperoleh keuntungan dari waktu pasar.
Dilansir dari laman Cointelegraph pada Jumat (10/11/2023), pada dasarnya penelitian ini mengeksplorasi gagasan bahwa orang pada umumnya salah menafsirkan sinyal pola tertentu dalam hal keuangan.
Baca Juga: Reku Respons Transaksi Aset Kripto Menurun, OJK: Pajak Tinggi Penyebab Penurunan Volume Transaksi
Lembaga donasi yang memahami kecenderungan pemegang kripto untuk memegang atau memindahkan aset berdasarkan kondisi pasar yang dirasakan mungkin dapat mengoptimalkan strategi mereka untuk meraup donasi lebih besar.
Cointelegraph mengutip temuan tim peneliti tersebut sesuai dengan makalah sebagai berikut.
"Temuan kami mendukung rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti tentang bagaimana lembaga donasi dapat merancang kampanye penggalangan dana yang lebih disengaja untuk memanfaatkan efisiensi biaya dan waktu dari mata uang kripto. Dengan mempertimbangkan perubahan harga mata uang kripto baru-baru ini dan menyoroti urgensi untuk menyumbang, lembaga donasi dapat merancang strategi lebih efektif untuk melibatkan donatur mata uang kripto,” ujar tim peneliti tersebut yang dilansir pada Jumat (10/11/2023).
Tim ini menguji premis mereka melalui studi empiris tentang donasi mata uang kripto ke 117 kampanye di platform urun dana atau crowdfunding daring (online). Mereka juga melakukan eksperimen online terkontrol yang mempelajari fitur-fitur konteks donasi mata uang kripto.
Baca Juga: Tokenet Siap Luncurkan Pinjaman Kripto untuk ETF Bitcoin
Setelah melakukan analisis yang cermat, tim menentukan bahwa pergerakan pasar berkorelasi langsung dengan "aktivasi" donasi (donasi pertama kali) dan ukuran donasi.
Menurut makalah tersebut, eksperimen online ini memperluas analisis empiris dan menunjukkan bahwa "keputusan donatur dipengaruhi perubahan harga aset baru-baru ini, konsisten dengan heuristik kekeliruan mental penjudi."
Kekeliruan mental penjudi, yang juga sering disebut kekeliruan Monte Carlo, mengacu pada kecenderungan orang untuk salah menafsirkan peristiwa historis yang tidak berarti secara statistik, seperti pelemparan koin, sebagai prediktor peluang di masa depan.
Baca Juga: DZ Bank Jerman Mulai Luncurkan Penyimpanan Aset Kripto
Contohnya, jika seseorang melempar koin 10 ribu kali berturut-turut dan koin tersebut mendarat di kepala setiap kali, pengamat mungkin berpikir bahwa lemparan koin berikutnya memiliki peluang lebih tinggi untuk mendarat di ekor karena, seperti yang dijelaskan dalam video di atas, "sudah seharusnya."
Kenyataannya, peluang koin mendarat di kepala atau ekor selalu tepat satu banding dua tanpa memperhatikan hasil historis.
Selama penelitian, para peneliti menentukan bahwa para partisipan lebih cenderung tergerak untuk berdonasi setelah mengalami penurunan nilai aset. Hal ini konon terjadi karena para donatur merasa lebih percaya diri bahwa harga akan naik setelah mereka menyumbang karena kekeliruan penjudi.
"Selain itu," lanjut makalah tersebut, "kami mengamati bahwa ketergantungan partisipan pada kekeliruan mental penjudi diperkuat ketika mereka menghadapi permintaan donasi yang mendesak."
Baca Juga: Efek Kripto Ledger Live Palsu Susupi Microsoft, Rp9,1 Miliar Ludes Dicuri!
Akhirnya, makalah ini menyimpulkan, wawasan ini dapat digunakan sebagai bukti empiris dalam proses pengambilan keputusan untuk organisasi dan individu yang mengelola badan amal yang menerima donasi mata uang kripto.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: