Produk properti yang layak huni (liveable) dan berkelanjutan (sustainable) menjadi kebutuhan bagi masyarakat. Paradise Indonesia berupaya untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut.
Publik figur Tanah Air, David Chalik, mengatakan dirinya sangat mendambakan sebuah produk properti yang layak huni sekaligus berkelanjutan. Ia menjelaskan elemen berkelanjutan penting untuk diperhatikan karena saat ini ancaman perubahan iklim sudah semakin nyata. Adapun, produk properti yang dimaksud tidak hanya rumah tapak dan apartemen, tetapi mencakup perkantoran, hotel, hinggal mall.
“Saat ini tidak cukup lokasi strategis dan desain menarik, tetapi pengembang memiliki kontribusi positif atau tidak terhadap lingkungan hidup dari produk-produk properti yang mereka ciptakan?” katanya kepada Warta Ekonomi saat ditemui di Jakarta, pertengahan November lalu.
David menambahkan, sebagai seorang publik figur maka dirinya memiliki tanggung jawab moral untuk memberikan teladan kepada masyarakat. Ia tidak ingin publik mencontoh atau menjadikan dirinya sebagai pembenaran apabila menggunakan produk properti yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup.
“Alam dan bumi ini tidak semakin muda, tetapi semakin tua. Faktor-faktor yang merusak alam dan menyebabkan lapisan ozon menipis harus diminimalisir,” ujarnya.
Ia menegaskan, kebutuhan konsumen atas properti berwawasan lingkungan adalah sebuah keniscayaan. Ia kembali mengingatkan bahwa telah terjadi krisis iklim di Indonesia bahkan dunia yang diakibatkan oleh degradasi lingkungan hidup. Apabila tidak disikapi dengan serius maka kondisi bumi akan semakin rentan yang berisiko bagi jiwa manusia.
“Di Indonesia harus ada lebih banyak perusahaan properti yang memperhatikan aspek lingkungan hidup. Misalnya, tidak menggunakan air tanah, mengelola limbah secara bertanggung jawab, hingga menggunakan material hijau dan energi terbarukan,” paparnya.
Hal senada disampaikan oleh pasangan publik figur, Dimas Seto dan Dhini Aminarti, yang mengatakan lebih nyaman menggunakan produk properti berkelanjutan. Dhini mengatakan, produk properti berkelanjutan biasanya menyediakan banyak ruang terbuka hijau sehingga memberi kenyamanan bagi pengguna sekaligus mengurangi emisi karbon.
“Dari kami pribadi lebih tertarik dengan properti yang ramah lingkungan dan banyak ruang terbuka hijau,” kata Dhini kepada Warta Ekonomi.
Hanya saja, Dimas Seto menyesali baru sedikit pengembang properti yang mengakomodasi kebutuhan konsumen atas gaya hidup ramah lingkungan (green living). Dari pengembang berkelanjutan yang sedikit tersebut, ia mengaku tidak mengetahui cara memverifikasi klaim hijau yang dilakukan oleh perusahaan properti.
Tantangan lain yang dihadapi, Dimas mengaku sulit membedakan antara produk properti yang sudah menerapkan aspek berkelanjutan dengan produk properti yang abai dengan tanggung jawab lingkungan hidup.
“Masih sulit membedakan, atau kami yang kurang jalan-jalan?” ujar Dimas.
Dimas berharap ada lebih ada lebih banyak pengembang properti yang membuat produk-produk berkelanjutan dan ramah lingkungan. Selain itu, ia berharap ada penanda jelas bagi produk-produk properti yang sudah menerapkan elemen berkelanjutan dan ramah lingkungan.
“Kami harap ada lebih banyak perusahaan properti yang ramah lingkungan dan menyediakan fasilitas atau ruang terbuka hijau. Jujur, kita berdua lebih suka berada di luar ruang,” ujarnya.
Liveable dan Sustainable
Selaras dengan yang disampaikan para publik figur di atas, Rumah.com dalam laporan tahun 2023 yang bertajuk Consumer Sentiment Survey menyebutkan bahwa konsumen properti di Indonesia tidak hanya mencari unit tempat tinggal layak huni (liveable) tetapi juga berkelanjutan (sustainable).
Rumah.com melaporkan bahwa sebanyak 95 persen konsumen menginginkan properti yang dirancang untuk hemat energi. Penerapan fitur hemat energi mulai dari dalam rumah seperti penggunaan jendela ukuran besar dan sistem ventilasi silang hingga saat di luar rumah seperti kompleks hunian yang ramah terhadap pesepeda dan pejalan kaki.
Kemudian sebanyak 97 persen konsumen mengaku lebih tertarik untuk membeli hunian yang berdampak minim terhadap perubahan iklim termasuk banjir, tanah longsor, dan bencana alam lainnya.
“Fitur ramah lingkungan pada hunian sangat penting bagi konsumen. Sebanyak empat dari lima orang bersedia membayar lebih tinggi untuk rumah yang dilengkapi dengan fitur ramah lingkungan tersebut,” sebut Rumah.com dalam laporannya.
Ekonom dan Co-Founder Institute of Social, Economic, and Digital (ISED), Ryan Kiryanto menjelaskan tingginya minat konsumen terhadap produk properti liveable dan sustainable berasal dari peningkatan kesadaran masyarakat bahwa perubahan iklim telah menjelma jadi ancaman yang nyata.
“Perubahan iklim telah menjadi perhatian utama secara global dan dampaknya sudah mulai terasa nyata,” katanya.
Ryan Kiryanto memaparkan kesadaran tersebut telah menumbuhkan kepedulian konsumen atas dampak bisnis perusahaan properti bagi lingkungan dan masyarakat. Ia mengatakan konsumen properti tidak mau menjadi bagian dari perilaku bisnis perusahaan yang tidak bertanggung jawab. Mereka menginginkan para perusahaan properti untuk mengadopsi praktik berkelanjutan guna meminimalkan degradasi lingkungan hidup.
“Kini konsumen lebih cenderung memilih perusahaan properti yang berkomitmen terhadap keberlanjutan dan ESG,” katanya.
Salah satu perusahaan properti di Indonesia yang terpanggil untuk menjawab kebutuhan tersebut ialah PT Indonesian Paradise Property Tbk atau Paradise Indonesia. Perusahaan ini memiliki komitmen kuat untuk menghadirkan produk-produk properti yang menerapkan prinsip lingkungan hidup, sosial, dan tata kelola yang baik.
Baca Juga: Makanan Ramah Lingkungan, Solusi Krisis Pangan?
Building Tomorrow
Presiden Direktur Paradise Indonesia, Anthony Prabowo Susilo, mengatakan pihaknya memiliki komitmen untuk menerapkan prinsip environmental, social, and governance (ESG) guna menjaga agar bumi Indonesia tetap hijau dan sehat. Komitmen tersebut disematkan dalam kampanye bertajuk Building Tomorrow.
Paradise Indonesia mencanangkan kampanye Building Tomorrow karena kesadaran ingin memenuhi kebutuhan properti generasi sekarang tanpa harus mengorbankan generasi mendatang. Paradise Indonesia juga ingin membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang melalui properti berkelanjutan dan ramah lingkungan.
“Semua proyek Paradise Indonesia ke depan harus menerapkan prinsip ESG,” katanya di Jakarta, akhir Oktober lalu.
Anthony Susilo menjelaskan komitmen keberlanjutan diwujudkan dengan berbagai macam cara mulai dari menciptakan ruang terbuka hijau hingga melakukan sertifikasi green building. Paradise Indonesia mewujudkan prinsip keberlanjutan sejak tahap
perencanaan pembangunan, pembukaan lahan, operasional atau penggunaan oleh konsumen, hingga tahap perawatan properti.
Untuk sertifikasi green building, dalam waktu dekat Paradise Indonesia berencana untuk melakukan sertifikasi green building di komposisi 30 persen dari total portofolio unit bisnis perusahaan.
“Kita mau coba lima unit bisnis mendapatkan sertifikasi green building dalam waktu dua sampai tiga tahun ke depan," paparnya.
Komitmen Paradise Indonesia sudah mendapatkan apresiasi dari pengguna properti berkelanjutan David Chalik yang mengakui bahwa Paradise Indonesia sukses mewujudkan aspek berkelanjutan dalam portofolio mereka. Ia mengatakan wujud keberlanjutan setidaknya terlihat dalam produk properti segmen mall dan hotel seperti Plaza Indonesia, Grand Hyatt, atau fX Sudirman.
“Dari pandangan saya sebagai pengguna, mall-mall dan hotel Paradise Indonesia sudah bisa dibilang sebagai properti hijau. Mall dan hotel di sana nyaman, tetapi juga peduli dengan lingkungan hidup,” tuturnya.
Secara spesifik, ia menyebutkan mall fX Sudirman terbukti sukses mendorong penghematan energi karena menerapkan konsep ruang terbuka di beberapa area.
“Di fX di pinggir-pinggir itu banyak tenant yang memiliki area terbuka sehingga kita bisa menghemat penggunaan AC,” pungkasnya.
Penulis: Cahyo Prayogo
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat