Survei Searce: Investasi AI Makin Jadi Tren di Perusahaan-perusahaan Global
Ratusan perusahaan di Amerika Serikat dan Inggris dengan pendapatan minial $500 juta mengakui akan meningkatkan investasi di bidang AI; lebih dari 50% pada tahun 2024 dan tahun-tahun mendatang. Sementara itu, hanya 8% responden mengatakan bahwa mereka akan meningkatkan investasi hingga 100% atau lebih.
Laporan tersebut terangkum dalam State of AI 2024, survei yang dilakukan Searce, perusahaan konsultan teknologi modern, terhadap 300 eksekutif teknologi senior dan C-suite. Ketika ditanya berapa banyak pendapatan organisasi yang dialokasikan untuk inisiatif AI pada tahun 2024, 25% responden mengatakan bahwa organisasi mereka akan membelanjakan antara $11-25 juta dengan 7% tambahan mengatakan bahwa organisasi mereka akan membelanjakan lebih dari $25 juta pendapatan untuk inisiatif AI tahun ini
“Hanya saja, tingkat keberhasilan inisiatif AI sering kali tidak sepenuhnya optimal. Sebanyak 51% responden mengatakan bahwa inisiatif AI mereka ‘sangat berhasil’ dan 42% mengatakan bahwa inisiatif tersebut ‘agak berhasil’. Selain itu, 61% responden mengatakan bahwa mereka ‘sangat setuju’ bahwa organisasi mereka memandang AI sebagai prioritas utama,” jelas Benedikta Satya, Country Director, Searce Indonesia, di Jakarta, Selasa (19/11/2024).
Di Indonesia, jelasnya, Adopsi AI terus menunjukkan peningkatan, sekaligus mencerminkan keyakinan yang tumbuh dalam teknologi ini untuk mendorong inovasi dan efisiensi bisnis. Namun, banyak juga organisasi masih mengalami kesulitan mengadopsi AI dengan cara yang relevan untuk mencapai hasil bisnis yang maksimal.
Laporan State of AI 2024 melihat tren adopsi AI yang signifikan, tetapi yang lebih penting lagi adalah pemaparan peluang dan prioritas utama yang perlu diperhatikan agar anggaran AI dapat dioptimalkan dan ROI dapat ditingkatkan. Sebelum memanfaatkan AI, organisasi perlu menetapkan tujuan yang jelas sehingga dapat memanfaatkan AI dengan optimal.
“Di sinilah peran Searce berada. Kami juga akan membantu klien kami menentukan tujuan mereka dan merapikan data yang mungkin berantakan sebelum mengadopsi solusi AI,” terang Bene.
Baca Juga: Kemenperin Gelar Workshop INDI 4.0, Pacu Kesiapan IKM Terapkan Teknologi Digital
Kendala Perusahaan untuk Adopsi AI
Penelitian tahun ini juga melihat hambatan-hambatan utama bagi organisasi yang ingin mengadopsi AI. Ada tiga hambatan terbesar yang disebutkan oleh responden, yaitu privasi data (45%); diikuti oleh penggunaan teknologi lama (40%); serta kurangnya sumber daya yang berkualitas (40%).
“Untuk mendapatkan kesuksesan implementasi AI, sebuah organisasi harus terlebih dahulu mengidentifikasi dan memitigasi keterbatasan yang ada sehingga mereka dapat memiliki jalur adopsi yang paling optimal,” kata Bene.
Baca Juga: Program Digital Access Inggris Perluas Ekosistem Digital Inklusif di Indonesia Timur
GenAI Jadi Primadona
GenAI tetap menjadi inisiatif utama bagi organisasi saat ini dengan 70% responden mengatakan bahwa mereka memiliki setidaknya tiga proyek bisnis yang menggunakan GenAI dalam produksi. Ketika ditanya untuk area bisnis apa saja organisasi mereka menggunakan GenAI, jawabannya adalah untuk mendukung layanan pelanggan (68%), penelitian internal (60%), dan pembuatan konten (53%).
Sementara itu, hampir dua pertiga (63%) organisasi mengatakan bahwa mereka telah melakukan pembelian solusi yang sudah ada di pasar untuk membantu mereka memenuhi kebutuhan akan teknologi AI, dibandingkan membangunnya secara internal. Selain itu, 54% mengatakan bahwa mereka telah membeli solusi yang telah tersedia di pasar, tetapi juga bermitra dengan pihak lain untuk layanan yang terkait dengan solusi tersebut. Sementara, hanya 9% yang mengatakan bahwa mereka telah membeli solusi yang tersedia, tetapi tetap mengandalkan sumber daya internal mereka untuk menjalankan bisnis.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: