
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), hanya akan memangkas suku bunga acuan Fed Fund Rate sebanyak satu hingga dua kali pada tahun ini. Prediksi ini didasarkan pada pertumbuhan ekonomi AS yang masih solid serta bauran kebijakan moneter yang tetap didukung oleh konsumsi domestik.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menyatakan bahwa pasar tenaga kerja AS masih kuat, sementara kebijakan moneter cenderung netral.
"The Fed diperkirakan hanya akan memangkas Fed Fund Rate 1 hingga maksimal 2 kali di tahun 2025 ini," ujar Mahendra dalam Rapat Dewan Komisioner Bulan Februari 2025, di Jakarta, Selasa (4/3/2025).
Baca Juga: Soroti Inflasi dan Dampak Kebijakan Trump, Sinyal Terbaru Arah Suku Bunga dari The Fed
Di sisi lain, Bank Sentral Tiongkok diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga acuannya sebagai bentuk pendekatan hati-hati dalam pelonggaran kebijakan moneter.
Mahendra juga mengungkapkan bahwa Tiongkok memperketat regulasi ekspor rare earth, yang berpotensi berdampak pada perkembangan industri teknologi global.
"Tiongkok juga memperketat regulasi ekspor rare earth yang dapat berdampak pada industri teknologi global," jelas Mahendra.
Baca Juga: Pengaruhi Suku Bunga, Respons The Fed Soal Kebijakan Tarif Impor Trump
Di sisi lain, Mahendra menyoroti kebijakan perdagangan AS yang semakin menunjukkan kepastian dalam penerapan tarif baru terhadap mitra dagang utamanya. Hal ini dinilai akan meningkatkan ketidakpastian dalam perekonomian global, terutama dalam sektor perdagangan.
Kendati demikian, Mahendra menyampaikan bahwa perekonomian nasional cukup baik dengan inflasi terkendali pada Januari 2025 sebesar 0,76% dan inflasi inti sebesar 2,26% yang menunjukkan permintaan domestik masih cukup baik.
Namun, Mahendra juga mengingatkan perlu untuk mencermati beberapa indikator permintaan domestik lainnya.
“Perlu dicermati indikator permintaan domestik lainnya diantaranya berlanjutnya penurunan penjualan kendaraan baik motor dan mobil, penurunan penjualan semen serta perlambatan pertumbuhan harga dan penurunan volume penjualan rumah,” urai Mahendra.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cita Auliana
Editor: Annisa Nurfitri