Cerita Puspo Wardoyo Membangun Ayam Bakar Wong Solo, dari Warung Kaki Lima hingga Sukses Jadi Jaringan Kuliner Ratusan Cabang
Kredit Foto: Istimewa
Ayam Bakar Wong Solo bukan sekadar restoran ayam bakar biasa. Di balik kesuksesannya sebagai jaringan kuliner dengan ratusan cabang di dalam dan luar negeri, tersimpan kisah perjuangan, keberanian, dan ketulusan hati seorang pria bernama Puspo Wardoyo. Ia adalah sosok visioner yang mengawali bisnisnya dari nol, meninggalkan status nyaman sebagai Pegawai Negeri Sipil demi mengejar impian besar di dunia kuliner.
Lahir di Solo, Jawa Tengah, pada 30 November 1957, Puspo tumbuh dalam keluarga sederhana yang lekat dengan dunia dagang. Kakeknya dikenal sebagai pencetus Sate Kere, hidangan berbahan tempe gembus yang disiram bumbu kacang. Orang tuanya adalah pedagang ayam potong yang biasa dibantu Puspo kecil menyembelih dan mengantarkan ayam ke pasar. Semangat wirausaha sudah mengalir dalam darahnya sejak usia dini.
Meski sempat menjalani karier sebagai guru seni di SMA Negeri 1 Muntilan, status PNS tak membuat Puspo merasa cukup. Dorongan untuk mandiri secara finansial dan hasratnya terhadap dunia kuliner mendorongnya mengambil keputusan besar, yaitu keluar dari pekerjaan dan merintis usaha sendiri.
Titik baliknya dimulai saat ia pulang kampung ke Solo dan bertemu sahabat lamanya yang sukses berjualan bakso di Medan. Atas saran sang teman, Puspo pun memberanikan diri merantau ke Medan. Namun, karena keterbatasan modal, ia sempat kembali mengajar selama dua tahun demi mengumpulkan uang.
Pada April 1991, dengan modal sekitar Rp2,4 juta—hasil tabungan dan pinjaman—ia menyewa rumah, membeli motor, dan memulai usaha ayam bakar kaki lima di kawasan Medan Polonia. Ia menamai usahanya Ayam Bakar Wong Solo, mencerminkan asal-usulnya.
Dalam keterbatasan, ia melakukan segalanya sendiri: meracik bumbu, memasak, melayani pelanggan. Kelezatan racikannya, ayam dengan bumbu khas Solo yang meresap sempurna, segera mencuri perhatian warga Medan. Lambat laun, usahanya tumbuh dan mulai mampu mempekerjakan karyawan.
Satu momen tak terlupakan terjadi ketika salah satu karyawannya nyaris kehilangan rumah karena lilitan utang. Tanpa ragu, Puspo membantu dengan uang Rp800.000. Sang karyawan yang terharu, membalas kebaikan itu dengan membawa seorang wartawan untuk meliput kisah Ayam Bakar Wong Solo dan pemiliknya yang berhati mulia.
Keesokan harinya, efeknya luar biasa. Penjualan yang semula hanya beberapa potong ayam, melonjak jadi 100 potong per hari. Nama Ayam Bakar Wong Solo mulai dikenal luas, dan warungnya pun berevolusi menjadi rumah makan yang lebih besar dan profesional.
Seiring waktu, Puspo mulai menerapkan sistem franchise (waralaba) untuk mempercepat ekspansi. Strategi ini terbukti berhasil. Ayam Bakar Wong Solo menjelma menjadi jaringan restoran besar dengan lebih dari 289 cabang di seluruh Indonesia dan luar negeri, termasuk Malaysia dan Arab Saudi.
Baca Juga: Suksesnya Trihatma Kusuma Haliman Meneruskan Agung Podomoro Group Lewat Keputusan Berani dan Tepat
Tak berhenti di satu merek, Puspo mengembangkan Wong Solo Group, yang membawahi beragam brand kuliner seperti:
- Ayam Penyet Surabaya
- Ayam Bakar KQ-5
- Sambal Lalap Wong Solo
- Iga Bakar Giri
- Mie Jogja Pak Karso
- Ayam Goreng Lombok Solo
- Soto Lamongan Cak Sandy
Kini, grup ini mempekerjakan lebih dari 8.000 karyawan.
Atas dedikasinya di dunia usaha, Puspo Wardoyo pernah dinobatkan sebagai salah satu dari "50 Pengusaha Terbaik Indonesia" oleh Presiden ke-5 Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: