Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Suksesnya Mohamed Alabbar, Sosok di Balik Burj Khalifa dan Dubai Mall

        Suksesnya Mohamed Alabbar, Sosok di Balik Burj Khalifa dan Dubai Mall Kredit Foto: Kemenhan RI
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Mohamed Ali Rashed Alabbar bukanlah nama asing dalam dunia bisnis dunia, khususnya di sektor real estate dan teknologi. Sosok kelahiran Dubai, Uni Emirat Arab, pada 8 November 1956 ini dikenal sebagai otak di balik berbagai ikon kebanggaan Dubai seperti Burj Khalifa dan Dubai Mall. 

        Alabbar merupakan anak tertua dari 12 bersaudara yang tumbuh di kawasan Rashidiya, Dubai. Ayahnya adalah seorang kapten kapal dhow, kapal dagang tradisional yang biasa mengarungi Teluk Persia. Latar belakang keluarga yang sederhana tidak menghalanginya untuk bermimpi besar.

        Pada tahun 1970-an, ia mendapatkan beasiswa dari pemerintah dan menempuh pendidikan di Seattle University, Amerika Serikat. Di sana, ia mendalami bidang Keuangan dan Administrasi Bisnis, lalu lulus pada tahun 1981. Puluhan tahun kemudian, ia juga dianugerahi gelar doktor kehormatan dalam bidang humaniora oleh almamaternya tersebut.

        Setelah kembali ke Uni Emirat Arab, Alabbar memulai kariernya di sektor keuangan sebagai manajer pengawas perbankan di Bank Sentral UEA. Tidak lama kemudian, ia bergabung dengan Al Khaleej Investments dan ditempatkan di Singapura sebagai direktur. 

        Pengalaman di Singapura membuka matanya tentang bagaimana negara kecil bisa menjelma menjadi pusat bisnis global. Ia belajar banyak mengenai tata kota, sistem ekonomi, serta strategi pengembangan urban yang kemudian ingin ia terapkan di tanah kelahirannya.

        Pada 1992, Alabbar kembali ke Dubai dan menginisiasi pendirian Departemen Pembangunan Ekonomi Dubai, yang menjadi cikal bakal transformasi besar-besaran Dubai menjadi kota modern. Kepiawaiannya membuatnya dipercaya sebagai penasihat ekonomi Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, penguasa Dubai.

        Baca Juga: Cerita Sean Rad Membangun Tinder hingga Sukses Tersebar Hampir di Semua Negara di Dunia

        Tahun 1997 menjadi titik balik besar saat Alabbar mendirikan Emaar Properties, sebuah perusahaan real estate yang kelak menjadi salah satu yang terbesar di dunia. Meski tanpa latar belakang teknik konstruksi, ia memiliki visi dan keyakinan kuat. Proyek pertama Emaar adalah Dubai Marina, yang sukses besar dan membuka jalan bagi proyek-proyek lainnya.

        Puncak kejayaan Emaar datang lewat Burj Khalifa, gedung tertinggi di dunia yang mulai dibangun pada 2004. Meski sempat terganjal krisis keuangan global 2006 dan butuh dana talangan hingga miliaran dolar, proyek ini akhirnya rampung dan diresmikan pada Januari 2010. Nama Burj Khalifa diambil untuk menghormati kontribusi Presiden UEA saat itu, Khalifa bin Zayed Al Nahyan.

        Selain itu, Emaar juga mengembangkan Dubai Mall, yang kini menjadi pusat perbelanjaan terbesar di dunia dan salah satu destinasi wisata utama di Dubai. Emaar kini terlibat dalam berbagai proyek besar lain, termasuk pembangunan Dubai Creek Tower.

        Baca Juga: Perjalanan Sanbe Farma, dari Produksi Obat Rumahan di Bandung hingga Sukses Jadi Perusahaan Farmasi Besar Nasional

        Tak hanya di bidang properti, Alabbar juga terjun ke berbagai sektor strategis, seperti:

        • Eagle Hills: Perusahaan pengembangan properti swasta yang berfokus pada pasar negara berkembang.
        • Noon.com: Platform e-commerce Timur Tengah yang ia dirikan dan kembangkan menjadi pesaing utama Amazon di kawasan tersebut.
        • Americana Group: Raksasa makanan dan waralaba makanan cepat saji di Timur Tengah.
        • RSH Limited (kini Artstreet Limited): Pengecer dan distributor merek-merek gaya hidup global.
        • Zand: Salah satu bank digital pertama di dunia yang melayani nasabah ritel dan korporat.
        • Alabbar Enterprises: Perusahaan yang memiliki saham di YOOX Net-a-Porter, pengecer fashion mewah online.
        • AMER dan Tradewinds Corporation: Fokus pada sumber daya dan perhotelan di Afrika dan Asia Tenggara.

        Menurut Bloomberg Billionaires Index, per Januari 2023, Mohamed Alabbar memiliki kekayaan pribadi senilai sekitar US$1,3 miliar. Namun, jika dihitung bersama aset Emaar Properties, kekayaannya diperkirakan mencapai US$5 miliar dengan total aset perusahaan lebih dari US$37,3 miliar . Ia juga dinobatkan sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di bidang real estate oleh Forbes Middle East.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Amry Nur Hidayat

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: