Kredit Foto: Istihanah
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Prasetyo Hadi menanggapi fenomena munculnya berbagai istilah yang ditujukan kepada kelompok masyarakat dengan kemampuan ekonomi terbatas. Ia menegaskan bahwa istilah-istilah tersebut tidak seharusnya dijadikan bahan candaan atau lelucon, melainkan harus dilihat sebagai sebuah cambuk atau pemicu bagi seluruh elemen bangsa untuk berbenah.
Menurut Mensesneg, pemerintah memandang fenomena ini sebagai pengingat serius akan tugas dan tanggung jawab yang masih harus diemban.
"Saya sih terus terang tidak terlalu gembira dengan istilah itu. Menurut pendapat saya, istilah itu jangan dijadikan sebagai sebuah jokes atau lelucon," ujar Mensesneg saat bertemu dengan awak media di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (5/8/2025).
Baca Juga: Tanggapi Fenomena Rohana Hingga Rojali, OJK Ungkap Ini Sebagai Gejala Pelemahan Konsumsi
Menurutnya kemunculan istilah-istilah tersebut justru menyoroti realitas sosial yang harus menjadi perhatian bersama. Fenomena ini, menurutnya, harus menjadi pemicu kesadaran kolektif.
"Itu adalah sebuah lecutan bagi kita bahwa memang masih banyak yang harus kita perjuangkan, masih banyak yang harus kita benahi," tambahnya.
Dari sudut pandang pemerintah, Mensesneg menyatakan bahwa fenomena ini berfungsi sebagai pengingat untuk bekerja lebih keras lagi dalam mendorong pemerataan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi. Ia menegaskan bahwa pemerintah tidak menutup mata terhadap kondisi masyarakat yang masih memerlukan dukungan.
"Kalau bagi kami pemerintah, fenomena itu menjadi semacam pengingat bahwa masih ada saudara-saudara kita yang kita masih harus bekerja terus mendorong pertumbuhan perekonomian kita lebih optimal lagi," jelasnya
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Istihanah
Editor: Istihanah
Tag Terkait: