Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Akuntansi Berkelanjutan, Kunci Mitigasi Risiko Iklim dan Investasi Daerah

        Akuntansi Berkelanjutan, Kunci Mitigasi Risiko Iklim dan Investasi Daerah Kredit Foto: IAI
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) melalui Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd) menggelar Simposium Nasional Akuntansi (SNA) ke-28 di Universitas Tadulako, Sulawesi Tengah, pada 10–12 September 2025. Forum riset akuntansi terbesar di Indonesia ini menegaskan peran strategis akuntansi dalam pembangunan berkelanjutan, mitigasi risiko iklim, dan pencapaian visi Indonesia Emas 2045.

        Acara yang konsisten digelar sejak 1997 tersebut mengangkat tema “Accounting for Sustainability: The Role of Accountants in Achieving SDGs and Mitigating Climate Physical Risks”. Kegiatan ini mempertemukan akademisi, praktisi, regulator, mahasiswa, hingga pemangku kepentingan untuk merespons tantangan global, mulai dari perubahan iklim hingga transformasi digital.

        Anggota III BPK RI sekaligus Dewan Pengawas IAI, Akhsanul Khaq, menegaskan bahwa akuntansi berkelanjutan menjadi jembatan antara data dan keputusan. “Akuntansi mengubah angka menjadi aksi. Melalui pelaporan ESG, pengungkapan risiko iklim, dan pengukuran dampak sosial, akuntan berperan memastikan bahwa perusahaan dan institusi tidak hanya mengejar profit, tetapi juga planet dan people,” ujarnya saat membuka acara.

        Baca Juga: IAI dan DJP Teken MoU Guna Perkuat Sinergi Profesi Akuntan dan Pajak

        Akhsanul menilai, akuntansi bukan sekadar instrumen teknis, melainkan bahasa universal yang menyatukan visi, strategi, dan keberlanjutan. Ia menyebut tiga tantangan global yang harus dihadapi Indonesia, yakni perubahan iklim, digitalisasi, dan tuntutan transparansi publik. “Tanpa mitigasi serius, Indonesia bisa kehilangan hingga 2,5% PDB per tahun pada 2045 akibat dampak perubahan iklim. Namun, peluang besar terbuka melalui energi terbarukan, blue economy, pertanian berkelanjutan, dan inovasi digital generasi muda,” jelasnya.

        Gubernur Sulawesi Tengah, Anwar Hafid, dalam sambutannya mengapresiasi pemilihan Palu sebagai tuan rumah. Ia menegaskan akuntansi turut menentukan iklim investasi daerah. “Akuntansi pada era sekarang tidak hanya berbicara tentang finance atau pencatatan angka semata. Akuntansi juga berbicara tentang risiko, dan bagaimana risiko itu dikelola dengan baik sehingga berdampak langsung pada investasi yang masuk ke Palu dan Sulawesi Tengah,” ujarnya.

        Sebagai bagian dari komitmen memperkuat daya saing, Pemprov Sulawesi Tengah meluncurkan Program Beasiswa Berani Cerdas untuk memperluas akses pendidikan tinggi, termasuk akuntansi. Program ini diharapkan melahirkan generasi unggul yang siap bersaing secara global.

        Ketua Dewan Pengurus Nasional IAI, Ardan Adiperdana, menegaskan bahwa SNA kini telah sejajar dengan konferensi akuntansi internasional. “Mulai tahun ini, best paper SNA akan terindeks Scopus—bukti nyata pengakuan internasional terhadap kualitas riset akuntansi Indonesia,” katanya.

        Baca Juga: IAI Gandeng IFAC, Kolaborasi dengan BPK Jaga Akuntabilitas Keuangan Negara

        Tahun ini, SNA menerima 342 naskah dengan 290 naskah lolos seleksi, terdiri atas 230 full paper dan 60 poster paper. Selain presentasi, forum ini menghadirkan Forum Bidang Studi untuk menyelaraskan riset dan kurikulum, serta agenda pengabdian masyarakat untuk UMKM dan pembangunan daerah.

        Ardan menegaskan perlunya kurikulum akuntansi yang diperkuat dengan ESG, pelaporan keberlanjutan, serta teknologi digital. Melalui Renstra IAI Next 4 Success, profesi akuntan diproyeksikan mampu menjawab tantangan global. “Akuntan adalah garda terdepan dalam membangun trust dan accountability untuk masa depan berkelanjutan,” ucapnya.

        SNA ke-28 juga meluncurkan Standar Pengungkapan Keberlanjutan (SPK) yang mengacu pada IFRS S1 dan IFRS S2 dari ISSB. SPK disebut sebagai single baseline pelaporan keberlanjutan di Indonesia yang comparable, consistent, and decision-useful. Standar ini dapat diadopsi oleh BUMN, perusahaan besar, sektor publik, maupun entitas lokal, termasuk di Sulawesi Tengah yang kaya sumber daya mineral dan energi.

        “Profesi akuntan kini tidak lagi terbatas pada pencatatan transaksi. Mereka berperan memastikan integrasi informasi keuangan dan non-keuangan untuk mendukung SDGs dan mitigasi risiko iklim,” pungkas Ardan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: