Kredit Foto: Istimewa
Presiden Federal Reserve (The Fed) Bank of Atlanta Raphael Bostic menilai risiko inflasi masih membayangi ekonomi dari di Amerika Serikat (AS). Hal ini dapat menjadi tekanan terhadap penentuan arah kebijakan moneter dari The Fed.
Bostic mengatakan bahwa tekanan inflasi masih terasa namun tidak sebesar perkiraan menyusul dampak kebijakan tarif impor yang belum mendorong lonjakan harga setinggi yang diperkirakan oleh Bank Sentral AS.
Baca Juga: The Fed Ragu Soal Pemangkasan Suku Bunga Susulan di 2025
“Pelaku bisnis mengatakan kepada kami bahwa mereka jelas merasakan tekanan biaya, dan semakin sulit untuk mencegah hal itu mengalir ke harga yang dihadapi konsumen maupun pelanggan mereka,” kata Bostic, dilansir Rabu (24/9).
Bostic menilai masih ada kemungkinan kenaikan inflasi. Ia menjelaskan, tarif impor saat ini menjadi salah satu faktor utama yang menekan inflasi, namun dampaknya terhadap harga lebih kecil dari perkiraan awal.
“Sejauh ini jauh lebih teredam dari yang banyak orang bayangkan,” ujarnya.
Menurut Bostic, penting bagi bank sentral untuk terus memantau bagaimana inflasi memengaruhi ekspektasi harga di masa depan.
“Kita perlu memperhatikan secara cermat psikologi konsumen dan rencana bisnis dalam kondisi saat ini,” katanya.
Komentar Bostic muncul setelah pertemuan bank sentral pekan lalu yang memutuskan pemangkasan suku bunga acuan menjadi 4%–4,25%. Pemotongan itu didorong oleh kekhawatiran melemahnya pasar tenaga kerja.
Namun, Bostic menilai kondisi ketenagakerjaan saat ini sulit diinterpretasikan.
Baca Juga: BI Turunkan Suku Bunga, Dunia Usaha Waspadai Risiko Rupiah
“Pasar tenaga kerja saat ini sangat sulit dibaca. Banyak bisnis mengatakan, dalam ketidakpastian ini, mereka tidak melakukan perekrutan maupun pemutusan hubungan kerja secara signifikan,” katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar