Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Freeport Siap Aktifkan Tambang Non-Terdampak, Grasberg Masih Ditangguhkan

        Freeport Siap Aktifkan Tambang Non-Terdampak, Grasberg Masih Ditangguhkan Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
        Warta Ekonomi, Minahasa -

        PT Freeport Indonesia (PTFI) bersiap mengaktifkan kembali tambang-tambang yang tidak terdampak longsor di Mimika, Papua. Langkah ini dilakukan sambil menunggu hasil audit menyeluruh terhadap tambang Grasberg Block Cave (GBC) yang masih ditangguhkan operasinya pasca-insiden longsor material bijih.

        Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tri Winarno mengatakan, dua tambang yang tidak terdampak yakni Big Gossan dan Deep Mill Level Zone (DMLZ) akan segera diusulkan untuk kembali berproduksi.

        “Mereka mau propose untuk produksi di situ, itu kan tidak ada pengaruhnya,” kata Tri di Minahasa, Rabu (30/10/2025).

        Baca Juga: Audit Besar-besaran di Freeport: Operasi Grasberg Dihentikan, Sanksi Mengintai

        Meski begitu, Tri menegaskan bahwa pemerintah belum akan memberikan izin operasi kembali bagi tambang bawah tanah GBC sebelum hasil evaluasi selesai dan Freeport mampu menjamin tidak akan terjadi kejadian serupa.  

        “Kalau perbaikan ya oke. Tapi yakinkan kami bahwa tidak akan terjadi kejadian yang serupa di situ,” tegasnya.

        Sementara itu, VP Corporate Communications PTFI Katri Krisnati menyampaikan bahwa perusahaan saat ini masih melakukan perawatan dan evaluasi terhadap tambang Big Gossan dan DMLZ.  

        “Sejak terjadinya insiden luncuran material basah di area tambang bawah tanah Grasberg Block Cave, hingga saat ini PT Freeport Indonesia masih menghentikan sementara seluruh kegiatan operasional di tambang bawah tanah,” kata Katri, Selasa (28/10/2025).

        Baca Juga: Pencarian 27 Hari Berakhir, Seluruh Korban Insiden Tambang Freeport Sudah Ditemukan

        Imbas dari penghentian operasi tambang GBC juga dirasakan oleh smelter Freeport di kawasan industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Manyar, Gresik, Jawa Timur.  

        Presiden Direktur PTFI Tony Wenas menjelaskan, operasional smelter ikut terhenti karena kekosongan pasokan konsentrat tembaga.  

        “Sekarang operasionalnya [smelter] bisa dikatakan berhenti karena konsentratnya tidak ada,” ujarnya di Jakarta, Sabtu (11/10/2025).

        Tony menambahkan, pihaknya masih mengkaji alternatif agar tambang Grasberg dapat segera kembali beroperasi.  

        “Mudah-mudahan kita bisa segera beroperasi walaupun tidak dalam kapasitas penuh, supaya ada konsentrat yang bisa diproduksi dan dikirim ke smelter-smelter juga,” katanya.

        Baca Juga: Saham Freeport Bertambah, RI Siap Terima 12% Lagi dari AS

        Sebelumnya, induk usaha Freeport-McMoRan Inc (FCX) memperkirakan pemulihan penuh operasi GBC baru dapat dicapai pada 2027. Emiten berkode FCX di New York Stock Exchange (NYSE) itu menyebut, insiden longsoran lumpur bijih (wet muck) telah merusak sejumlah infrastruktur pendukung di area tambang.

        “Hingga perbaikan selesai dan restart bertahap dapat dilakukan. Tingkat operasi sebelum insiden berpotensi dicapai kembali pada 2027,” tulis Freeport-McMoRan dalam keterangan resminya.

        FCX mencatat, badan bijih GBC mewakili sekitar 50% dari cadangan terbukti dan terduga PTFI per 31 Desember 2024, serta sekitar 70% dari proyeksi produksi tembaga dan emas hingga 2029.  

        PTFI memperkirakan tambang Big Gossan dan Deep MLZ yang tidak terdampak dapat kembali beroperasi pada pertengahan kuartal IV-2025, sedangkan pengembalian operasi bertahap GBC dijadwalkan dimulai pada paruh pertama 2026.  

        Baca Juga: Produksi Berhenti, Smelter Freeport di Gresik Terancam Lumpuh Akhir Oktober

        Dengan kondisi tersebut, penjualan tembaga dan emas PTFI pada kuartal IV-2025 diproyeksikan terbatas, jauh di bawah estimasi sebelumnya yaitu 445 juta pon tembaga dan 345.000 ons emas. Produksi 2026 pun diperkirakan 35% lebih rendah dari proyeksi awal, yakni 1,7 miliar pon tembaga dan 1,6 juta ons emas.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
        Editor: Djati Waluyo

        Bagikan Artikel: