Kredit Foto: Ist
Senior Advisor Investor Relations Danantara Indonesia, Wuddy Warsono, menilai saat ini pasar keuangan bergerak cepat dan penuh tekanan, sering kali mendorong investor bereaksi spontan terhadap setiap perubahan.
Wuddy memastikan bahwa Danantara Investment Management mengambil pendekatan berbeda menahan diri dari hiruk-pikuk jangka pendek dan fokus pada analisis yang tenang dan terukur, pendekatan yang mereka yakini memberi hasil lebih konsisten dalam jangka panjang. Menurutnya, ritme pasar yang serba cepat sering menjebak investor untuk bereaksi spontan.
“Kita hidup di era banjir informasi. Banyak yang merasa harus cepat mengambil keputusan. Padahal keputusan yang baik itu bukan soal kecepatan, tapi kejernihan membaca fundamental,” ujarnya.
Baca Juga: Danantara Kaji Suntikan Modal untuk Pulihkan Krakatau Steel
Ia menilai volatilitas jangka pendek sering menciptakan ilusi urgensi, dan bahwa kesalahan justru kerap muncul dari interpretasi yang terburu-buru, bukan kurangnya data.
Wuddy menyebut pendekatan Danantara Indonesia sebagai “melambat secara strategis”. Melambat, menurutnya, bukan berarti pasif, melainkan memberi ruang bagi analisis yang teliti agar konteks dapat terbaca secara utuh.
“Data harus bicara lebih keras daripada sentimen,” katanya.
Ia mengibaratkan proses investasi Danantara Indonesia sebagai menata napas sebelum melangkah, bukan ikut terseret euforia atau kepanikan yang sering mewarnai dinamika pasar. Pendekatan ini bertumpu pada disiplin mental, menjauhkan keputusan dari distraksi mingguan atau drama harian yang kerap mengaburkan perspektif.
“Kerangka risikonya ketat, mandat investasinya jelas. Tugas kami menemukan sinyal sejati di balik noise pasar,” jelasnya.
Di tengah ketidakpastian global, Wuddy melihat perbedaan karakter investor semakin terlihat. Banyak yang tanpa sadar mengikuti sentimen seperti netizen mengejar gosip selebriti jam tiga pagi, ramai, bising, tapi sering lupa alasan awal ikut terlibat.
Ia menegaskan bahwa nilai dalam investasi bukanlah produk dari refleks yang cepat, melainkan tumbuh dari pemahaman yang mantap dan konsisten terhadap fondasi ekonomi. Fokus jangka panjang, disiplin data, dan ketenangan membaca lanskap pasar menjadi kombinasi yang menopang portofolio berkelanjutan Danantara.
Filosofi tersebut, bukan jargon ruang rapat. Wuddy mengatakan, prinsip ini hidup dalam mandat Danantara saat mengelola proyek-proyek strategis nasional yang menuntut ketelitian dan kejernihan, bukan kecepatan.
Ia mencontohkan proyek Waste-to-Energy yang tidak hanya menyangkut energi, tetapi menjadi solusi sistemik terhadap darurat sampah nasional, mengurangi tekanan TPA, membuka lapangan kerja, dan membangun model ekonomi berkelanjutan.
Baca Juga: Danantara Ungkap Duri Krakatau Steel, Febri : 'Bisa Kita Tolong'
Ia juga menggarisbawahi pembangunan fasilitas fraksinasi plasma yang selama puluhan tahun dibutuhkan Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada impor obat derivatif dan memperkuat ketahanan kesehatan nasional. Di sisi lain, proyek Kampung Haji Indonesia memperkuat posisi Indonesia dalam rantai nilai industri halal global sekaligus menciptakan manfaat ekonomi yang lebih inklusif bagi masyarakat.
Ketiga inisiatif tersebut, menurut Wuddy, menunjukkan bahwa kecepatan tanpa arah hanya melahirkan turbulensi, sementara ketelitian mampu menciptakan transformasi yang bertahan lama. Karena itulah Danantara menegaskan bahwa setiap keputusan investasi harus menghasilkan nilai finansial yang kuat sekaligus manfaat nyata bagi masyarakat.
“Kami merayakan ketepatan, bukan sekadar percepatan. Dari sanalah investasi terbaik selalu lahir,” tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait: