Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        ILO: Pengangguran Global Diperkirakan Meningkat Untuk Tahun 2016 dan 2017

        Warta Ekonomi -

        WE Online, Jakarta ? Berlanjutnya tingkat pengangguran yang tinggi di seluruh dunia dan kronisnya pekerjaan rentan di banyak negara sudah berkembang dan berkembang masih sangat mempengaruhi dunia kerja, demikian laporan terbaru ILO mengingatkan.?

        Angka terakhir untuk pengangguran pada 2015 diperkirakan mencapai 197,1 juta dan pada 2016 perkiraan tersebut meningkat hingga 2,3 juta mencapai 199,4. Tambahan sekitar 1,1 juta pengangguran diperkirakan meningkatkan jumlah penghitungan global pada 2017, menurut Laporan ILO berjudul World Employment and Social Outlook ? Trends 2016 (WESO).

        ?Perlambatan yang berarti dalam perekonomian di negara-negara sudah berkembang ditambah dengan penurunan tajam dalam harga-harga komoditas memberikan dampak yang dramatis terhadap dunia kerja, ? kata Direktur Jenderal ILO, Guy Ryder. dala rilis pers yang diterima redaksi warta ekonomi di Jakarta, Kamis (21/1/2016).

        ?Banyak pekerja perempuan dan laki-laki yang harus menerima pekerjaan berupah rendah baik di ?negara-negara sudah berkembang maupun berkembang dan juga semakin meningkat di negara-negara maju. Kendati terjadi penurunan pengangguran di sejumlah negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat, masih terlalu banyak orang yang menganggur. Kita harus melakukan aksi segera untuk mendorong peluang kerja yang layak atau kita menghadapi risiko tensi sosial yang semakin besar,? Tambahnya.

        Pada 2015, jumlah pengangguran global berkisar 197,1 juta? 27 juta lebih tinggi dibandingkan tingkat pra-krisis tahun 2007.

        Tingkat pengangguran di negara-negara maju menurun dari 7,1 persen pada 2014 menjadi 6,7 persen pada 2015. Dalam banyak kasus, kemajuan ini sayangnya tidak memadai untuk menghapuskan kesenjangan pekerjaan yang muncul sebagai akibat krisis keuangan global.

        Selanjutnya, kondisi ketenagakerjaan saat ini melemah di negara-negara sudah berkembang dan berkembang, khususnya di Brasil, Cina dan negara-negara penghasil minyak.

        ?Lingkungan perekonomian yang tidak stabil yang tercermin pada aliran modal yang rentan, masih tidak berfungsinya pasar-pasar keuangan dan kurangnya permintaan global terus berpengaruh pada perusahaan dan investasi serta penciptaan lapangan kerja,? Raymond Torres, Direktur Departemen Penelitian ILO menjelaskan.

        ?Untuk itu, para pembuat kebijakan harus lebih terfokus pada penguatan kebijakan-kebijakan ketenagakerjaan dan penanggulangan ketimpangan yang sangat besar. Banyak bukti yang memperlihatkan pasar kerja dan kebijakan sosial yang dikembangkan secara baik sangat penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian dan menyikapi krisis ketenagakerjaan dan hampir delapan tahun setelah terjadinya krisis global, penguatan pendekatan kebijakan sangatlah diperlukan,? Torres menambahkan.

        Penulis WESO juga mendokumentasikan fakta bahwa kualitas pekerjaan masih menjadi tantangan utama. Meski terjadi penurunan tingkat kemiskinan, tingkat penurunan pekerja miskin di negara-negara berkembang melambat dan pekerjaan rentan masih mencapai lebih dari 46 persen dari jumlah pekerjan secara global, yang berdampak pada hampir 1,5 milyar orang.

        Pekerjaa rentan terbilang tinggi khususnya di perekonomian sudah berkembang dan berkembang, mencapai antara setengah dan tiga perempat populasi pekerja di kelompok-kelompok negara tersebut, dengan tertinggi di Asia Selatan (74 persen) dan Afrika sub-Sahara (70 persen).

        Sementara itu, laporan memperlihatkan bahwa pekerjaan informal ? sebagai persentase pekerjaan non-pertanian ? melampaui 50 persen di setengah negara-negara berkembang dan sudah berkembang dengan data perbandingan. Di satu pertiga dari negara-negara ini, hal ini berdampak pada lebih 65 persen pekerja.

        ?Kurangnya pekerjaan layak mengarahkan orang pada pekerjaan informal, yang ditandai dengan rendahnya produktivitas, upah rendah dan tanpa perlindungan sosial. Ini harus diubah. ?Melakukan respons segera dan kuat terhadap skala tantanga pekerjaan global merupakan kunci keberhasilan penerapan Agenda Pembangunan Berkelanjutan PBB tahun 2030 yang baru saja diadopsi,? demikian Ryder.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Vicky Fadil
        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: