Produsen mobil Jepang Toyota melaporkan penurunan laba bersih sebesar 15 persen di kuartal pertama akibat penguatan yen yang membebani ekspor perusahaan.
Mengutip BBC di Jakarta, Jumat (5/8/2016), Toyota membukukan laba bersih sebesar 552,5 miliar yen (US$5,4 miliar) pada periode April hingga Juni, turun dari 646,4 miliar yen pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Ketidakpastian kondisi ekonomi global telah membuat para investor kembali berlindung di balik aset safe haven seperti yen, sehingga membuat produk Jepang menjadi lebih mahal di pasar internasional, yang pada akhirnya membebani pendapatan eksportir.
Toyota juga menurunkan proyeksi laba operasional setahun penuh dengan prediksi penurunan 44 persen menjadi 1,6 triliun yen, yang akan menjadi penurunan terendah dalam empat tahun. Toyota melaporkan rekor keuntungan selama tiga tahun berturut-turut setelah Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengeluarkan program stimulus yang ditujukan untuk melemahkan yen.
Pasca-Brexit, yen telah meningkat tajam. Keputusan rakyat Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa telah menyebabkan ketidakpastian dan mengancam aliran dana global masuk ke yen untuk berlindung pada status safe haven. Seperti diketahui, yen adalah mata uang safe haven terkuat di dunia jika terjadi kekacauan pasar global.
Untuk tahun keuangan yang berakhir hingga Maret 2016, Toyota berhasil meraup keuntungan sebesar 2,3 triliun yen (US$23 miliar), namun perusahaan telah memperingatkan bahwa keuntungan diprediksi akan mengalami penurunan pada tahun ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gregor Samsa
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement