Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekspor Radioisotop dari Reaktor GA Siwabessy Meluas

Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Industri Nuklir Indonesia (Persero) menyebutkan pada perayaan 29 tahun usia reaktor nuklir serba guna GA Siwabessy ekspor produk radioisotop untuk kesehatan justru meluas ke berbagai negara Asia.

"Kami ekspor radioisotop ke Bangladesh, Malaysia, Filipina, dan China. Bahkan Jepang juga minta, tapi belum kesampaian karena ada persyaratan khusus yang harus kami penuhi dulu," kata Direktur Utama PT Industri Nuklir Indonesia/Inuki (Persero) Bambang Herutomo, di Gedung 71 Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong, Selasa (23/8/2016).

Ia mengatakan pihak Jepang meminta radioisotop dari BUMN nuklir ini bersertifikat Badan Nuklir Nasional (Batan).

"Sederhana permintaan mereka sebenarnya, bahwa produk Inuki harus dapat sertifikat Batan. Mungkin 2017 sudah bisa kami penuhi," ujar dia pula.

Radioisotop, menurut Bambang, merupakan ujung tombak produk komersialisasi yang merupakan hasil dari penelitian dan pengembangan (litbang) Batan dari reaktor GA Siwabessy. Salah satunya radiodiagnostik yang digunakan pada 12 rumah sakit di Indonesia.

Radioisotop ini merupakan unsur yang dibuat menjadi radioaktif, dan pancaran radiasinya dimanfaatkan sebagai alat untuk melacak lokasi sumber penyakit dan kelainan morfologi serta fungsi organ tubuh.

Produk lain yang menjadi sumber bisnis Inuki yang dihasilkan dari reaktor ini adalah bahan bakar nuklir untuk reaktor. Menurut Bambang, perusahaan itu menargetkan penjualan hingga Rp20 miliar pada 2016.

"Kebutuhan kualitas bahan bakar reaktor untuk keperluan riset maupun reaktor daya sama saja. Jadi sewaktu-waktu butuh bahan bakar untuk reaktor daya eksperimen kami siap," katanya lagi.

Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan Batan siap menaikkan kapasitas produksi reaktor serba guna GA Siwabessy hingga 30 megawatt (MW) jika memang diperlukan.

Kendala yang dihadapi hanya persoalan waktu kerja dan layanan peneliti yang sulit dipindahkan ke akhir pekan.

Produk radioisotop dari reaktor GA Siwabessy, katanya pula, menjadi paling dicari hingga mancanegara, mengingat reaktor negara lain yang juga menghasilkan radioisotop usianya mulai menua, seperti di Kanada. "Makanya Indonesia bisa masuk pasar ekspor," ujar dia lagi.

Hal yang disayangkan, menurut dia, Inuki sempat harus impor dari Australia saat kesulitan finansial akibat jatuh nilai tukar rupiah terhadap dolar AS beberapa waktu lalu, sehingga tidak sanggup membiayai fasilitas reaktor untuk produksi radioisotop. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: