Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perbankan Sumsel Selektif Salurkan Kredit Perkebunan

Warta Ekonomi, Palembang -

Kalangan perbankan di Sumatera Selatan masih selektif dalam penyaluran kredit ke sektor perkebunan karena harga karet belum juga membaik sejak mulai anjlok pada tahun 2014.

Direktur Utama PT Bank Sumsel Babel M Adil di Palembang, Sabtu (3/9/2016), mengatakan, Bank Sumsel Babel selektif dalam menyalurkan kredit di sektor perkebunan karet masih menunjukkan pertumbuhan negatif.

"Bank Sumsel Babel sementara ini fokus pada penyaluran kredit konsumer yang cenderung tidak terpengaruh pada pelemahan ekonomi dalam negeri," kata Adil.

Pimpinan Wilayah Sumatera Bagian Selatan Bank Central Asia Darmawan mengatakan langkah ini terpaksa diambil meski Sumsel dikenal sebagai daerah yang perekonomiannya bertumpu pada sektor perkebunan karet dan sawit.

"Risiko masih terlalu tinggi, apalagi saat ini harga karet berada di titik terendah yakni di kisaran Rp4.000 per kilogram. Namun, di satu sisi memang terjadi penurunan permintaan kredit sektor perkebunan karena dari petaninya sendiri tidak ingin meremajakan lahan," kata Darmawan.

BCA untuk wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumatera Selatan, Lampung, Jambi, dan Bengkulu) bertumpu pada sektor perdagangan karena tetap tumbuh mengingat berkaitan dengan konsumsi masyarakat.

BCA pun berani mematok target realisasi kredit hingga 18-20 persen pada tahun ini atau meningkat dari capaian tahun lalu yang terealisasi di atas 10 persen.

"Di tengah kondisi ini, perbankan tidak boleh menyerah tapi justru terlecut untuk menemukan strategi baru untuk tetap menjaga kinerja, dan sektor perdagangan ini cukup menjanjikan karena sebenarnya konsumsi dalam negeri Indonesia terbilang tinggi," kata dia.

Berdasarkan kajian ekonomi Bank Indonesia memperkirakan harga komoditas meliputi batu bara, karet alam dan logam masih rendah hingga akhir tahun 2016 karena pemulihan ekonomi global cenderung melambat.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Sumatera Bagian Selatan Hamid Ponco Wibowo mengatakan, harga komoditas pada tahun ini diperkirakan bakal lebih rendah dibandingkan 2015.

"Harga batu bara terus tertekan karena berkurangnya konsumsi Tiongkok, begitu pula dengan harga karet alam diperkirakan juga terus tergerus seiring dengan turunnya harga minyak dunia," kata dia.

Kondisi ini juga berpengaruh pada komoditas lain dari jenis logam yakni tembaga, nikel, timah, dan almunium karena disebabkan menurunnya aktivitas ekonomi di Tiongkok.

Berdasarkan data pertumbuhan ekspor Indonesia diketahui bahwa harga karet mengalami pertumbuhan negatif -20,2 persen pada 2015, dan diperkirakan pada 2016 ini bakal lebih turun sehingga berada dikisaran -24,3.

Sementara untuk batu bara yang mencatat pertumbuhan negatif -19,5 pada 2015 diperkirakan pada tahun ini kana lebi tergerus hingga mencapai -21,6.

Hanya harga minyak sawit saja yang diperkirakan mencatat pertumbuhan positif pada tahun ini diangka 9,6 atau naik dari 2015 yang membukukan pertumbuhan -8,9. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: