Bagi kebanyakan siswa lulusan SLTA, keterbatasan ekonomi ditambah gagal dalam Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) sudah cukup menjadi faktor buat mengubur mimpi. Perguruan tinggi menggantung di awang-awang. Sepuluh jemari tak cukup untuk menariknya ke garis kenyataan.
Tapi, fenomena umum itu menjadi berbeda di tangan Mahadir. Pria muda berusia 20 tahun ini tak gampang menyerah. Berasal dari desa yang jauh, yakni nun di Pulau Padang, Kecamatan Merbau, Kepulauan Meranti, Riau, ia tetap berupaya untuk mencari kesempatan meski peluang seolah sudah sedemikian tertutup dan muncullah ide. Kenapa tak coba menjajal jalur beasiswa?
Meski nanti akan berakhir di perguruan tinggi swasta, namun paling penting adalah beroleh kesempatan dulu. Belakangan upaya tak mudah menyerah itu telah menempatkan Mahadir sebagai salah satu mahasiswa di Institut Pertanian Stiper (Instiper) Yogyakarta. Ia adalah salah seorang yang lulus tes beasiswa dari PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).
"Butuh perjuangan yang luar biasa. Ada-ada saja masalah, semisal keterlambatan pengumpulan berkas sampai tidak ada biaya untuk mengikuti seleksi beasiswa. Pada waktu itu tes beasiswa diadakan di Pangkalan Kerinci yang membuat saya harus meninggalkan kampung halaman, namun di balik usaha, ada jalan. Banyak yang membantu termasuk seperti CD officer RAPP estate Pulau Padang, Yandi. Beliau memberikan informasi beasiswa itu sampai mengupayakan bagaimana saya termasuk yang ikut dalam seleksi," ujarnya.
Alumnus SMAN 1 Merbau ini mengaku hanya punya modal Rp20 ribu. Jika dipikir, ujarnya, jumlah tersebut bahkan tak cukup untuk menggandakan berkas, namun seperti selalu ada keajaiban. Ada-ada saja yang membantu sampai akhirnya ia dinyatakan lulus sebagai salah satu peneriman beasiswa.
Beasiswa PT RAPP memang telah membantu banyak pihak yang membutuhkan. Induk perusahaan sebetulnya juga memiliki program beasiswa yang sebelumnya sudah sedemikian tersohor, yakni beasiswa Tanoto Foundation.
Sebelumnya, salah satu penerima beasiswa RAPP misalnya adalah Muhammad Ingga. Alumni dari Akademi Teknologi Pulp dan Kertas (ATPK) yang berusia 23 tahun ini awalnya adalah seorang operator lapangan di Paper Machine 3. Keinginan yang kuat dalam mengembangkan diri membuat pihak perusahaan mendorongnya buat melanjutkan ke perguruan tinggi.
"Sebelumnya tak pernah terbayang untuk sampai di perguruan tinggi seiring latar ekonomi. Setamat SMA pernah terpikir saya akan segera menambah jumlah pengangguran di negeri ini. Saya diterima bekerja di RAPP dan kemudian didorong untuk ke perguruan tinggi," ujarnya.
Belakangan, Ingga tampil kian profesional. Ia menguasai bahasa Inggris dan tentu saja memiliki visi yang jauh berbeda dari sebelumnya.
Direktur RAPP Rudi Fajar mengatakan beasiswa dan program pengembangan diri adalah bagian tak terpisahkan dari keberadaan perusahaan. Selama proses pendidikan berlangsung, biaya hidup dan pendidikan para siswa penerima beasiswa akan ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan dan dipantau perkembangan belajarnya secara rutin.
Setiap tahunnya, manajemen RAPP melakukan kunjungan rutin ke setiap kampus guna memberikan motivasi dan melihat perkembangan siswa. Selain itu, perusahaan juga menyiapkan program pengenalan industri RAPP secara bertahap. Setelah lulus, lanjut Rudi, mereka akan bekerja di RAPP.
Apa yang diberikan perusahaan sesuai dengan prinsip pendiri perusahaan, Sukanto Tanoto dalam menjalankan bisnisnya yakni baik untuk masyarakat (community), negara (country), iklim (climate), dan perusahaan (company).
"Dengan pemberian beasiswa ini, perusahaan turut ambil andil dalam mewujudkan cita-cita para siswa di daerah operasional perusahaan sebagai salah satu bentuk komitmen dalam memajukan pendidikan," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement