Persebaya Surabaya baru saja mencatat sejarah dengan menjuarai Liga 2 setelah mengalahkan PSMS Medan 3-2 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, 28 November lalu.
Keesokan harinya, pesta besar-besaran pun dilakukan publik Kota Pahlawan, mulai penyambutan istimewa di Bandar Udara Internasional Juanda, konvoi menggunakan jeep terbuka dengan suporter militannya, Bonekmania, serta panggung hiburan yang digelar di depan Graha Pena, markas salah satu perusahaan media pemegang saham mayoritas Persebaya.
Manajemen Persebaya juga menyiapkan pertandingan ekshibisi bertajuk "Celebration Game" dan menunjuk PSS Sleman sebagai lawan tanding uji coba pertamanya.
Tim "Elang Jawa", julukan PSS, langsung menyiapkan tim dan hanya empat hari waktu yang dibutuhkan Seto Nurdiantoro selaku asisten pelatih sekaligus legenda hidup PSS menyiapkan komposisi pemain.
Termasuk pemain-pemain anyar PSS Sleman seperti eks striker Timnas Indonesia, Yongki Ariwibowo dan penyerang jebolan Timnas U-19, Muchlis Hadi Ning Syaifulloh.
Ada juga bek kanan Timnas Indonesia U-19, Dedi Tri Maulana, kemudian nama-nama pemain asal Liga 1, seperti Muhammad Ilhamul Irhas (Persiba Balikpapan), Antony Putro Nugroho (Bhayangkara FC), Indra Permana (Sriwijaya FC), Firmansyah (Madura United), sampai mantan gelandang PS TNI, Wawan Febrianto.
PSS Sleman belum lama juga menunjuk pelatih kepala baru, Heri Kiswanto, untuk membawa tim lolos ke Liga 1 musim depan setelah gagal di 16 besar Liga 2 musim kompetisi lalu.
Hari H pelaksanaan laga tersebut, Sabtu, 9 Desember 2017, sukses digelar. Selain ditayangkan salah satu televisi swasta nasional, rekor jumlah penonton terpecahkan, yakni lebih dari 50 ribu pasang mata berada di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya.
Ini lebih banyak dari laga uji coba Persebaya di persiapan Liga 2 bertajuk "Homecoming" menghadapi PSIS Semarang yang disaksikan hampir 50 ribu orang, serta laga resmi menghadapi Persigo Semeru FC yang mencatatkan 46.359 penonton.
Kesuksesan lainnya adalah hasil pertandingan berkesudahan dengan skor 2-1 untuk kemenangan tuan rumah melalui gol-gol yang dicetak Irfan Jaya menit ke-3 dan menit ke-82 oleh Kurniawan Karman, serta gol lawan yang diceploskan Dani menit ke-39.
Akan tetapi, terlepas dari kesuksesan tersebut menyisakan masalah mulai dari persiapan maupun pada pelaksanaan laga, khususnya di luar stadion.
Permasalahan awal, sejak panitia mengumumkan penjualan tiket, 5 Desember, hanya dalam jangka dua hari sudah ditutup alias ludes.
Padahal panitia pelaksana menyediakan 50 ribu lembar tiket seharga Rp35 ribu untuk kategori fans dan Rp250 ribu untuk super fans atau sama seperi laga-laga Persebaya di Liga 2.
Panpel sendiri secara khusus juga menyediakan jatah tiket untuk suporter PSS sebanyak 3.000 lembar.
"Dulur (saudaraku) jangan khawatir masih bisa membeli tiket Super Fans atau menonton via official MNC," tulis Official Persebaya melalui akun twitter official Persebaya, 7 Desember.
Persoalan tiket tak berhenti sampai di situ, ratusan atau mungkin ribuan Bonek gagal masuk ke stadion saat wasit Prastyo Hadi asal Surabaya meniupkan "kick off" tanda dimulainya pertandingan.
Padahal di tangan mereka tergenggam lembaran tiket, namun tidak bisa masuk karena stadion sudah penuh.
Ini tidak masuk akal karena jumlah tiket yang dicetak sama persis dengan kapasitas penonton stadion, yaitu 50 ribu, tapi mengapa di stadion sudah tak ada bangku dan tribun kosong, namun di sisi lain tiket-tiket masih di tangan penonton di luar? Ini yang menimbulkan banyak pertanyaan dari para Bonek yang merasa dirugikan karena sudah membeli tiket, namun hanya bisa melihat megah dan kerlap-kerlipnya lampu stadion dari luar.
"Lho terus ini gimana? Sudah jauh-jauh jalan kaki, tapi tidak bisa masuk. Ini kami juga sudah beli tiket mahal-mahal," ucap Andik, Bonek asal Pucang yang datang bersama teman-temannya, namun gagal masuk.
Ya, malam saat pertandingan digeber, kemeriahan di dalam stadion tak berbanding dengan kemeriahan di luar stadion.
Sejak sore, bahkan siang, Bonekmania dari berbagai daerah tumplek blek di stadion yang terletak di kawasan Benowo tersebut. Terlebih menjelang petang, antusiasme suporter sangat luar biasa dan melakukan segala cara agar bisa mendekati stadion.
Tak hanya melalui jalan raya beraspal, mereka melintasi beceknya jalur tambak akibat guyuran hujan deras, bahkan nekat mencebur tambak demi bisa menyaksikan tim kesayangannya bertanding.
Menit-menit krusial terjadi sekitar pukul 18.00 WIB atau sejam sebelum jadwal kick off, ribuan Bonek masih tertahan sekitar dua kilometer dari stadion, baik jalan sisi selatan maupun utara stadion.
Tak ingin ketinggalan momentum perayaan kemenangan "Green Force", Bonek mulai tak sabar dan mencebur ke tambak karena tak ada pilihan lain setelah jalan yang tersedia tak bisa dilewati karena banyaknya suporter dan kendaraan yang terparkir di pinggir hingga memalang di tengah jalan.
"Ini semua demi Persebaya dan kami tak peduli mencebur tambak sekalipun," ucap salah seorang Bonek, Bentet.
Perjuangan Bonek Menuju ke Stadion GBT, bisa diakses dari sejumlah ruas jalan. Bagi pengendara, bisa melalui Jalan Kalianak hingga melintasi Terminal Osowilangon, hingga masuk ke Jalan Jawar.
Begitu juga dari Gresik melintasi Jalan Jawar yang menjadi satu-satunya akses dari arah perbatasan Kota Surabaya dengan Kabupaten Gresik (sisi utara).
Akses lainnya adalah melalui Jalan Raya Benowo hingga masuk ke Jalan Jawar sisi selatan. Khusus roda empat, masuk ke Jalan Jawar bisa keluar tol Romo Kalisari.
Namun, yang menjadi catatan sejak lama dan persoalan adalah susahnya akses menuju ke stadion, apalagi jika ada pertandingan Persebaya dengan melibatkan tim papan atas.
Sorotan khusus diperuntukkan bagi kendaraan roda dua atau sepeda motor, terlebih jika Jembatan Branjangan yang selama ini dituding menjadi titik kemacetan dua arah.
Kekhawatiran itu terjadi Sabtu sore beberapa jam menjelang Persebaya versus PSS Sleman. Jembatan Branjangan macet dua arah. Truk-truk trailer, bus dan ribuan motor Bonekmania terhenti.
Jarum jam saat itu masih menunjukkan pukul 15.30 WIB, namun kendaraan yang ditumpangi Bonek sudah menyemut. Tak ingin semakin terjebak, melalui komando dan kesepakatan, mereka berbalik arah dan memilih masuk melalui jalur tol.
Tapi, tepat di pintu masuk tol ke Gresik di Jalan Margomulyo, niat mereka terhenti karena polisi yang sudah berjaga di jalan masuk tol. Negosiasi sempat dilakukan, bahkan jalan tersebut macet total hingga hampir 30 menit.
Semakin mepet waktunya, Bonekmania akhirnya memilih kembali menuju jalan biasa dan mencoba menerobos kemacetan di Jembatan Branjangan.
Lagi-lagi upaya mereka gagal karena Jembatan Branjangan semakin tak bisa dilintasi. Bonek juga memenuhi dua jalur sehingga lalu lintas semakin "crowded".
Ketika jarum mendekati pukul 17.00 WIB sore, ribuan Bonek belum juga menyentuh area stadion. Tak ada pilihan lagi, mereka kembali berputar arah menuju jalan tol.
Kali ini, ribuan kendaraan Bonek masuk melalui pintu masuk tol arah Surabaya dan Malang. Mereka rela memutar lebih jauh demi bisa menyaksikan Persebaya merayakan gelar juara.
Pintu tol yang mereka masuki tanpa polisi. Petugas jalan tol mengarahkan kendaraan untuk masuk melalui loket paling kiri. Tepat di putar balik menjelang akses ke luar mengarah ke Dupak, terlihat polisi mengarahkan.
Cuaca bertambah gelap dan mendung hitam semakin bergelantung, hujan deras pun turun dan mengiringi perjalanan Bonek menuju stadion.
Perjalanan lancar dan Bonek semakin mendekati salah satu stadion termegah di Tanah Air tersebut. Namun, masalah datang saat hujan reda dan ribuan sepeda motor terparkir di pinggir jalan.
Tak hanya itu, mobil-mobil yang mengarah ke stadion juga tak bisa bergerak maju maupun mundur. Alhasil, kendaraan roda empat terpaksa parkir di tengah jalan tanpa ditunggui.
Para Bonek juga harus berjalan kaki hingga dua kilometer. Belum kering jalanan basah akibat guyuran hujan, kembali hujan turun ditambah angin yang semakin menusuk tulang.
Bonek bergeming dan tak mempedulikannya. Kendaraan yang parkir sembarangan dilewatinya, ada juga yang sampai melintasi atas jok motor untuk mendapat jalan.
Tapi ada juga yang mengeluh karena tak bisa lewat. Tiket-tiket yang sudah berada di genggaman pun dijualnya.
"Ayo tiket-tiket, siapa yang belum dapat tiket. Saya mau jual, karena mau pulang," teriak seorang suporter yang memilih tak melanjutkan jalan kaki.
Tiket dijual pun semakin ramai dengan harga beragam, mulai Rp70 ribu, Rp50 ribu, Rp30 ribu, Rp25 ribu hingga Rp10 ribu.
Beredar juga kabar tercetak tiket palsu lengkap dengan barcode maupun seri nomor persis seperti tiket resmi.
Manajer Persebaya Chairul Basalamah belum berhasil dikonfirmasi untuk menanggapi permasalahan tersebut. Pesan elektronik yang dikirimkan ke ponselnya juga belum terbalas.
Yang pasti, ini menjadi pekerjaan rumah bagi manajamen dan panitia pelaksana ke depan, terutama menyongsong bergulirnya Liga 1 yang dipastikan lawan-lawan Persebaya merupakan tim berkualitas dan diprediksi menyedot perhatian ribuan Bonekmania, dari dalam maupun luar Surabaya. (ANT)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Gito Adiputro Wiratno
Tag Terkait:
Advertisement