Tahir yang sekarang adalah kristalisasi serangkaian perjuangan masa lalu hingga masa sekarang Tahir. Dato’ Sri Prof. Dr. Tahir, MBA yang masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia ini sudah kenyang memakan asam dan garamnya bisnis. Kerajaan bisnis yang dibangun olehnya telah melewati proses panjang, bukan berarti tidak pernah mengalami kegagalan dalam berbisnis. Ia pernah mengalami kegagalan. Hanya saja, akhirnya, ia menemukan bisnis yang tepat.
Sudah mendapatkan “makan siang” di negeri ini, ia tak lantas meninggalkannya tanpa membayar. Justru setelah “makan siang” tersebut, utang makan siang tersebut dibayarnya. Demikian perumpamaan aktivitas filantropi yang dilakukan Tahir. Bahkan, ia siap menyerahkan harta bendanya untuk masalah kemiskinan.
Apa sebenarnya yang dikejar oleh Tahir? Jadi orang terkaya sudah. Menjadi pendarma juga sudah. “Tujuan hidup itu satu, create value for others,” kata Tahir.
Di balik semua aktivitasnya tersebut, ia merupakan sosok yang haus dengan informasi dan ilmu pengetahuan. Ia pulang dari kantor pukul 18.00 dan sampai rumah dilanjutkan makan malam dengan sang istri. Kemudian, dilanjutkan menyimak berita yang menjadi asupan informasi perkembangan domestik maupun dunia.
“Jadi, kalau mau ngetes saya tentang situasi dunia sekarang, saya pasti bisa jawab. Pasti. Apa yang terjadi di dunia ini hampir saya menguasainya. My life is flat. Datar, tapi solid. Datar, tidak hampa,” ucapnya.
Adapun pagi hari, sebanyak tujuh koran juga dilahapnya. Setiap pagi mulai dari pukul 05.30 hingga 06.30, sekitar satu jam, informasi yang beredar di koran sudah dibaca sampai khatam.
Tahir memang tipe pengusaha yang getol menimba ilmu pengetahuan. Bahkan sekarang ini, ia sedang studi untuk meraih gelar S3 di Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan mengambil konsentrasi keilmuan Politik-Ekonomi.
“Saya perlu title-title biar namanya jadi panjang. Kalau orang kan ganti nama,” ucap Tahir sambil bercanda.
Ia sangat serius untuk urusan pendidikan, wajar saja jika salah satu master plan kegiatan filantropinya menyasar bidang pendidikan. Keseriusannya dalam pendidikan tampak pula dari capaian predikat Summa Cum Laude alias dengan indeks prestasi 4,00 saat mendapatkan gelar Master in Business Administration Golden Gate University, San Fransisco, Amerika Serikat pada tahun 1987.
Sebelum menapaki gelar master-nya, Tahir muda mencicipi pendidikan di Nanyang University, Singapura dengan gelar Bachelor in Business. Memang, jurusan pendidikan yang dibiayai dari uang beasiswa ini tidak sejalan dengan cita-cita awalnya untuk menjadi dokter. Tak kesampaian menjadi dokter bukan berarti pupus harapannya. Toh, sekarang, ia memiliki bisnis rumah sakit, Mayapada Hospital yang memiliki layanan-layanan khusus
Sekalinya memiliki rumah sakit, ia tidak tidak main-main karena prinsipnya dalam berbisnis adalah create value. Bahkan, ia berpesan kepada putranya dalam mengelola rumah sakit. Rumah sakit tersebut harus memiliki keunggulan dan spesialisasi. Oleh karena itu, rumah sakit memiliki konsentrasi pada tiga hal. Pertama, infection center. Kedua, transplant center dan ketiga pediatrik.
Dalam perjalanan intelektualnya, apa sebenarnya yang dicari Tahir hingga bersusah payah untuk melanjutkan studi dari jenjang satu ke jenjang-jenjang berikutnya? Ia mengumpamakan awal kehidupan ini seperti tabung kosong. Tinggal memilih isian apa yang akan dimasukkan dalam tabung tersebut.
“Kalau kontainernya diisi dengan kejujuran, ketulusan, keyakinan, kepercayaan, ibadah, sosial, ini pasti akan bersinar,” tutur peraih gelar Doctor Honoris Causa di National Taiwan University of Science and Technology.
Begitu pula sebaliknya. Apabila kehidupan diisi dengan kelicikan, tipu muslihat, dan ketidaktulusan, kehidupan akan padam. Ia tidak akan berhenti untuk menimba ilmu. Dalam pernyataannya, ia akan berhenti apabila Gusti Allah yang bilang berhenti.
Perjalanan Intelektual Tahir
2017 - Doctor Honoris Causa di National Taiwan University of Science and Technology
2016 - Doctor Honoris Causa di Universitas Gadjah Mada Fakultas Kedokteran
2008 - Doctor Honoris Causa di Universitas Tujuh Belas Agustus Surabaya dengan disertasi “Model Pembiayaan UMKM Melalui Perbankan”
1987 - Master in Business Administration Golden Gate University, San Fransisco, Amerika Serikat dengan predikat Summa Cum Laude
1976 - Bachelor in Business, Nanyang University, Singapura
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Arif Hatta
Editor: Ratih Rahayu
Tag Terkait: