Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan bahwa masuknya investasi ke Indonesia dinilai akan sejalan dengan peningkatan kinerja ekspor, meskipun realisasi investasi sepanjang 2017 yang sebesar Rp692,8 triliun masih dinilai belum cukup.
Kepala BKPM Thomas Lembong mengatakan bahwa meskipun realisasi investasi 2017 ada peningkatan kurang lebih 13 persen jika dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp612,8 triliun, namun nilai itu masih lebih rendah jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam dan Thailand.
"Langkah pertama untuk mendongkrak kinerja ekspor adalah investasi. Jika tidak ada investasi dan pabrik yang dibangun, apa yang akan kita ekspor," kata Thomas yang kerap disapa Tom, di sela-sela Rapat Kerja Kementerian Perdagangan, di Jakarta, Jumat (2/1/2018).
Tom menambahkan, beberapa catatan yang perlu diperhatikan guna memperbaiki arus investasi yang masuk ke dalam negeri antara lain adalah stabilitas regulasi yang ada dan faktor keterbukaan sektor investasi. Menurutnya, regulasi di dalam negeri masih perlu dipermudah.
"Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa regulasi yang ebrubah secara mendadak dan terus-menerus akan menciptakan ketidakstabilan dan sulit diterima oleh investor," ujar Tom.
Dengan adanya investasi diharapkan akan membuka lapangan kerja dan menghasilkan produk bernilai tambah dan berdaya saing tinggi. Dengan produk bernilai tambah dan berdaya saing tinggi, maka pasar tujuan ekspor juga akan jauh lebih luas dan terbuka. Pada 2018, BKPM menargetkan realisasi investasi sebesar Rp765 triliun.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan bahwa permasalahan terkait regulasi tersebut, juga menghambat proses perundingan kerja sama perdagangan internasional (FTA) baik bilateral maupun multilateral.
"Inilah salah satu kesulitan kita untuk menyusun FTA. Karena pada saat berbicara terkait investasi, kendala banyak di internal kita," ucap Enggartiasto.
Dalam menyusun perjanjian kerja sama dengan negara mitra dagang harus saling menguntungkan masing-masing pihak. Enggartiasto mengatakan bahwa tidak ada satu negara yang akan membuka diri jika rekanan kerja sama lainnya menutup diri.
Pada 2018, Kementerian Perdagangan menargetkan peningkatan ekspor non migas berkisar pada angka 5-7 persen. Selama 2017, kinerja ekspor mencapai 168,73 miliar dolar AS atau meningkat 16,2 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 145,2 miliar dolar AS.
Neraca perdagangan selama tahun 2017 juga mencatatkan surplus sebesar 11,83 miliar dolar AS secara kumulatif. Nilai tersebut terdiri atas surplus perdagangan nonmigas sebesar 20,40 miliar dolar AS dan defisit perdagangan migas sebesar 8,57 miliar dolar AS.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil