Otoritas Bangladesh tengah berupaya untuk mengubah sebuah pulau Bengal yang tidak berpenghuni dan berlumpur menjadi rumah bagi 100.000 Muslim Rohingya yang telah melarikan diri dari tindakan brutal militer di Myanmar, di tengah sinyal yang bertentangan dari pejabat tinggi Bangladesh mengenai apakah para pengungsi akan menetap di sana.
Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengatakan pada hari Senin bahwa menempatkan Rohingya di pulau dataran rendah akan menjadi "upaya sementara" untuk mengurangi kepadatan di kamp-kamp Cox's Bazar, serta dalam rangka melindungi hampir 700.000 orang yang telah menyeberang dari utara negara bagian Rakhine di Myanmar sejak akhir Agustus tahun lalu.
Namun, salah satu penasihatnya jika, begitu sampai di sana, mereka hanya bisa meninggalkan pulau ini jika mereka ingin kembali ke Myanmar atau dipilih untuk mendapatkan suaka oleh negara ketiga.
"Ini bukan kamp konsentrasi, tapi mungkin ada beberapa batasan. Kami tidak memberi mereka paspor atau kartu identitas Bangladesh," tutur H.T. Imam, dengan menambahkan bahwa pulau tersebut akan memiliki sebuah perkemahan polisi dengan 40-50 personel bersenjata lengkap, sebagaimana dikutip dari Reuters, Kamis (22/2/2018).
Insinyur dari Inggris dan China membantu dalam mempersiapkan pulau tersebut untuk menerima pengungsi sebelum terjadinya hujan monsun pada bulan April, yang dapat membawa banjir yang dahsyat ke kamp-kamp yang tidak layak ke selatan yang sekarang dipenuhi oleh 1 juta orang Rohingya.
Penasihat PM Bangladesh, Imam, mengatakan bahwa pertanyaan untuk memilih Rohingya di Cox's Bazar untuk pindah ke pulau itu tidak selesai, tapi bisa diputuskan dengan undian atau secara sukarela.
Komisaris Tinggi untuk Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Kami akan menekankan bahwa rencana relokasi yang melibatkan pengungsi harus didasarkan dan dilaksanakan melalui keputusan sukarela dan informasi," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Hafit Yudi Suprobo