Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Masa Depan Desa Pintar

Oleh: Michael S Sunggiardi, Praktisi IT

Masa Depan Desa Pintar Kredit Foto: Reuters/Erik De Castro
Warta Ekonomi, Jakarta -

Berbicara membangun desa pintar, sebetulnya kata pintar mestinya berasal dari pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) oleh bapak atau ibu kepala desa. Jika definisinya diturunkan lagi, pemanfaatan TIK itu terdiri dari dua sisi utama, yaitu pemanfaatan TIK untuk internal desa yang di antaranya berfungsi untuk mengatur administrasi desa dengan menggunakan berbagai program aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kemudian sisi kedua, yakni pemanfaatan TIK untuk eksternal desa yang biasanya berhubungan dengan pembangunan portal atau marketplace.

Kedua jenis pemanfaatan TIK ini menjadi kunci utama keberhasilan satu desa dan jika kita amati keadaan saat ini kedua jenis pemanfaatan TIK tersebut berjalan sendiri-sendiri dalam bentuk program aplikasi komputer yang terpisah, seperti misalnya portal atau marketplace dikelola secara terpisah.

Selain itu, pemanfaatan TIK di sisi internal sudah diharapkan berjalan lancar sejak lama, terutama untuk keperluan menyajikan data dan informasi secara online di dalam dashboard presiden untuk mengambil keputusan dengan cepat dan tepat.

Solusi Menuju Desa Pintar

Langkah pertama untuk mewujudkan desa pintar adalah dengan menggabungkan semua sistem informasi yang ada di desa. Paling tidak, kita tidak perlu menggunakan program bantu seperti spreadsheet misalnya, untuk melakukan rekapitulasi. Penggabungan sistem memang sangat sulit dilakukan karena dijalankan dengan sistem sendiri-sendiri yang tidak terintegrasi dengan baik, belum lagi penggunaan platform yang berbeda, menyebabkan kesulitan lain yang muncul karena masih menggunakan metode manual dengan mengetik kembali datanya untuk dimasukan ke sistem yang berbeda.

Satu solusi yang mungkin lebih mudah untuk diintegrasikan, yaitu dengan menggunakan aplikasi berbasis web sehingga datanya dapat dipindah-pindah melalui API (application programming interface) atau sistem konversi data manual.

Untuk aplikasi yang berhubungan dengan masyarakat (eksternal), kita harus membangun sistem dan aplikasi peranti lunak yang katakan kita sebut rural area apps (ruaps).

Secara umum, ruaps terdiri dari kumpulan tiga aplikasi peranti lunak untuk dimanfaatkan oleh empat sektor berbeda, yaitu Bumdes, pemasok, petani/nelayan, dan pembeli atau calon pembeli. Keempat sektor tersebut akan bergabung di modul berikutnya, adalah kumpulan program komputer dan aplikasi yang dapat diakses oleh bermacam-macam perangkat, data storage untuk mengumpulkan data, dan nantinya akan menjadi bagian dari big data Indonesia, dan modul ketiga adalah aplikasi peranti lunak CMS (content management system) yang datanya akan diteruskan ke marketplace untuk masing-masing sektor.

Pembagian empat sektor, terkait kepada kebutuhan yang ada di masing-masing sektor; Bumdes kebutuhan utamanya pengelolaan keanggotaan dari mulai koperasi, yang aplikasinya dibuat online, dan merupakan bagian dari pembiayaan dana desa untuk sarana produksi masyarakat setempat (petani, nelayan, atau UKM desa), kemudian di sektor pemasok adalah menyediakan barang, data, dan informasi untuk ke masyarakat.

Untuk sektor petani (atau masyarakat) dibuat dalam bentuk aplikasi berbasis smartphone, untuk menjalankan pekerjaan sehari-harinya, termasuk menyiapkan data atau mengambil data dari dan ke marketplace, sekaligus menyediakan informasi ke sektor pembeli atau calon pembeli.

Ekosistem yang berada di dalam ruaps ini akan sangat berdampak pada efisiensi di semua sektor, dan pemanfaatan TIK betul-betul akan dirasakan sebagai satu bagian yang tidak bisa terpisahkan satu-sama lain. Langkah berikutnya dari program pembangunan TIK perdesaan adalah membangun pusat data dan informasi perdesaan (Pusdatin Desa) di mana seluruh data akan diolah oleh kades dan musyawarah desa, kemudian disalurkan ke pemerintah pusat atau pemerintah regional, sebagai informasi online yang selalu terkini.

Secara teoritis, Pusdatin Desa merupakan program desentralisasi data pemerintah Indonesia, dapat ditambah dengan pengumpulan data analitik dari seluruh dunia, menggunakan teknologi terkini, seperti big data dan artificial intelligence. Di Pusdatin Desa, masyarakat bisa mendapatkan informasi lokal ataupun global, yang berhubungan dengan komoditas yang dihasilkan, di dalam sentuhan teknologi yang sudah disiapkan oleh Pusdatin Desa.

Di dalam Pusdatin Desa, kades atau musyawarah desa dapat melaksanakan diskusi terpadu dengan berbasis data-data yang didapat, baik data internal, maupun data regional dan global. Semua data yang dikumpulkan Pusdatin Desa masuk ke dalam pengolahan big data yang berbasis artificial intelligence untuk pengambilan keputusan.

Bagaimana Memulainya?

Walaupun teori ini belum pernah diterapkan, tetapi sudah menjadi perdebatan hangat di dalam diskusi internal ITU-D di Bangkok dalam beberapa tahun belakangan. Kesulitan penerapan yang dirasakan adalah tergantung dari pengambil keputusan, dalam hal ini kades dan musyawarah desa karena konsep utamanya adalah membentuk divisi TIK di dalam Bumdes supaya program ini dapat berkelanjutan dan menghasilkan SDM lokal yang mumpuni.

Program ini juga sekaligus melaksanakan capacity building di dalam SDM dan teknologi untuk seluruh wilayah Indonesia, sekaligus mengurangi ketergantungan "orang daerah" terhadap "orang pusat".

Kalau mengacu ke pembiayaan, program ini sebaiknya dilakukan secara bertahap sesuai dengan perkembangan SDM yang tersedia di desa tersebut dan dapat dimulai dengan menggunakan 30% dana desa yang diterima, yaitu pendanaan untuk pembangunan infrastruktur. Pada tahapannya, pembangunan berbasis TIK dapat dimulai dengan membangun sistem telekomunikasi desa (berbasis WiFi sehingga komunikasi dapat gratis untuk semua masyarakat di desa tersebut), kemudian pembuatan ruaps, Pusdatin Desa, dan pada akhirnya dapat diterapkan teknologi terkini dalam pekerjaan sehari-hari, seperti misalnya menggunakan teknologi IoT untuk sensor, perangkat pertanian modern, dan teknologi satelit untuk pemantauan cuaca dan lainnya.

Dengan pembangunan seluruh sistem yang dipusatkan di Bumdes dan dikelola oleh putera daerah maka ketergantungan ke pemerintah pusat akan menjadi minimal sekaligus mampu menyuplai data penting tentang kondisi desa ke dashboard presiden.

Kami tantang para bapak dan ibu kepala desa untuk dapat mewujudkan pemberdayaan TIK yang sempurna dan tidak hanya melulu mengurus portal atau web.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel:

Berita Terkait