Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Industri 4.0 Buka Peluang Peningkatan Daya Saing Indonesia

Industri 4.0 Buka Peluang Peningkatan Daya Saing Indonesia Kredit Foto: Reuters/Rebecca Cook
Warta Ekonomi, Jakarta -

Melalui implementasi industri 4.0 dan inovasi industri, Kementerian Perindustrian berkomitmen untuk meningkatkan posisi daya saing Indonesia, dari peringkat ke-41 menjadi ke-39 dunia dari 138 negara yang tercatat pada Global Competitiveness Report di 2016-2017. 

"Inovasi dan perubahan terhadap model bisnis yang lebih efisien dan efektif merupakan bagian hasil penerapan industri 4.0. Revolusi industri ini akan mempercepat peningkatan daya saing sektor industri nasional secara signifikan," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto seperti dikutip dari Kemenperin.go.id, Rabu (28/11/2018).

Inovasi itu, misalnya penerapan Information Communication Technology (ICT) di sektor industri, yang memanfaatkan sistem online document approval untuk mengontrol penyelesaian pekerjaan. Teknologi tersebut memberikan penghematan dalam penggunaan waktu dan biaya, sehingga produk yang dihasilkan lebih murah dan mampu bersaing di pasar domestik maupun global.

"Kami juga mendukung penuh kemajuan ICT untuk digitalisasi data dan konten untuk menaikkan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN)," papar Airlangga.

Inovasi lainnya, yakni Flexible Manufacturing System yang mengkolaborasikan tenaga kerja dengan proses mechanical engineering.

"Misalnya, industri makanan dan minuman yang akan menggunakan penerapan industri 4.0 dalam pengolahan, tetapi packaging masih dikerjakan tenaga kerja," ungkap Airlangga.

Sedangkan untuk sektor Industri Kecil dan Menengah (IKM), Kemenperin menerapkannya melalui e-Smart IKM untuk memperluas akses pasar.

Sementara itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Haris Munandar menjelaskan, industri 4.0 mengacu pada peningkatan otomatisasi, machine-to-machine dan komunikasi human-to-machine, artificial intelligence, serta pengembangan teknologi berkelanjutan.

Menurutnya, kebutuhan investasi dalam implementasi industri 4.0 didasarkan pada empat faktor penggerak, yaitu (1) peningkatan volume data, daya komputasi dan konektivitas, (2) kemampuan analitis dan bisnis intelijen, (3) bentuk baru dari interaksi human-machine, seperti touch interface dan sistem augmented-reality; serta (4) pengembangan transfer instruksi digital ke dalam bentuk fisik, seperti robotik dan cetak 3D.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: