Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pasca IPO Kok Arkha Jayanti Malah Tahan Ekspansi, Kenapa?

Pasca IPO Kok Arkha Jayanti Malah Tahan Ekspansi, Kenapa? Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Arkha Jayanti Persada Tbk  perusahaan di bidang industri manufaktur dan fabrikasi berpotensi mendapatkan dana sebesar Rp95 miliar hingga Rp150 miliar dari hasil penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).  

Komisaris Utama Arkha Jayanti Persada, Devon Widodo Prawiroyudo mengatakan bahwa dana tersebut akan digunakan perseroan sebesar 70% untuk modal kerja dan 30% untuk membayar utang ke bak dan supplier. Perseroan pasca IPO memang tidak berniat  akan melakukan ekspansi, namun akan mengejar ketertinggalan yang dialami sejak tahun 2012 lalu. 

"Jadi, pada 2013, ada larangan ekspor mineral mentah dan kewajiban pembangunan smelter, sehingga berpengaruh terhadap kinerja kami juga. Sehingga kami tidak akan ekspansi tapi akan berupaya mengejat ketertinggalan," katanya, di Jakarta, Rabu (20/2/2019). 

Baca Juga: Jual Saham ke Publik, Arkha Jayanti Turunkan Harga Saham

Menurutnya, perseroan memiliki kapasitas produsi sebesar 30.000 ton per tahun, namun baru terpakai 5.660 ton per tahun atau sekitar 19%. Hal tersebut terjadi karena guncangan harga di sektor komoditas yang turut mempengaruhi perseroan. "Jadi pada 2011 kita sedang hebat-hebatnya penjualan dan produksi tinggi. Karena kita hanya produksi sparepart alat berat makanya kita kena, di 2013 hingga 2015 kita rugi. Tapi kita sudah diversifikasi makanya butuh modal kerja," ucapnya. 

Ia mengakui jika sejak tahun 2013 hingga 2014 perseroan mengalami kerugian, sehingga pada 2015 Arkha Jayanti mulai melakukan diversifikasi pekerjaan. Manajemen perseroan memproyeksikan laba bersih 2018 bisa mencapai Rp13,05 miliar. Sedangkan, proyeksi laba bersih di 2019 akan mencapai Rp36,61 miliar dengan total penjualan sebesar Rp220,96 miliar. Diperkirakan total liabilitas Arkha Jayanti hingga akhir 2019 masih mencapai Rp332,74 miliar.

Ia pun menuturkan pihaknya menargetkan kontrak baru sebesar Rp300 miliar pada tahun ini meningkat jika dibandingkan 2018 sebesar Rp148 miliar. Dimana, hingga Februari 2019 perseroan telah mengantongi kontrak senilai RP55 miliar yang berasal dari segmentasi proyek. 

"Kontrak baru yang sifatnya proyek 6.000 ton dari Semen Indonesia, PTPP dan Adhi Karya. kalau yang reguler itu sifatnya forecast kaya dari Komatsu dan Hino. Dari Hino sudah ada pemesanan 215 unit, ada juga dari anak usaha UT (United Tractors) dan anak usaha Trakindo," jelasnya.

Ia mengemukakan jika, perseroan memiliki empat segmen usaha yakni komponen alat berat, karoseri body dumb truk, pengangkutan batu bara dan proyek (kontruksi baja dan migas). Sejauh ini, kontribui terbesar perseroan berasal dari segmen kompone alat berat disusul oleh segmen karoseri.  "Ketiga itu dari proyek dan terakhir jasa angkutan batu bara. Tahun depan kita akan tingkatkan dari proyek," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: