Secara tidak sadar kita telah mengaplikasikan AI dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari penggunaan search engine dan virtual assistant Siri. Dalam kegiatan bisnis, AI digunakan untuk meningkatkan layanan pelanggan, seperti chatbot, deteksi fraud, cyber security melalui face recognition, dan pengelolaan lalu lintas.
Direktur CTI Group, Rachmat Gunawan mengungkapkan AI memiliki peluang yang besar bagi semua industri. Adopsinya semakin luas, mulai dari deteksi fraud di sektor keuangan, memberikan rekomendasi medis bagi pasien, efisiensi transportasi melalui self driving cars, hingga otomasi proses produksi di industri manufaktur. Namun di balik itu ada berbagai tantangan, seperti bagaimana mendefinisikan use case di perusahaan.
“Ada keterbatasan SDM ahli dan ketersediaan infrastruktur yang memadai. Karena itu perlu adanya wawasan dan pemahaman yang baik terkait tools dan best practice AI agar implementasinya dapat berjalan dengan tepat sesuai dengan visi perusahaan,” ujar Gunawan.
Konsep AI sebetulnya sudah digaungkan sejak tahun 1950-an oleh ilmuwan bernama Alan Turing dan perkembangannya semakin muktahir berkat dukungan ketersediaan data, teknologi computing dan algoritma yang jauh lebih canggih. Lembaga riset IDC mengungkapkan, adopsi AI oleh bisnis terus mengalami peningkatan. Di antaranya Asia Tenggara yang naik dari 8% menjadi 14%.
Dalam riset ini, Indonesia menduduki peringkat pertama sebesar 24,6%. Adapun pemicu dari adopsi ini adalah kemampuan AI dalam menemukan insight bisnis yang akurat 52%, meningkatkan proses otomatisasi 51%, dan produktivitas 42%.
Menurut lembaga penelitian McKinsey, penerapan AI secara tepat dapat mengurangi biaya operasional bisnis, meningkatkan pendapatan, dan mengoptimalkan penggunaan aset perusahaan melalui 4P: proyeksi masa depan, produksi barang dan jasa dengan lebih murah, promosi produk secara tepat, dan peningkatan layanan terhadap pelanggan.
Robert Suryakusuma, Country Manager Aruba Indonesia menambahkan, AI berpotensi mentransformasi dan mengoptimalkan performa bisnis dalam pengelolaan jaringan, terutama dalam hal keamanan dan ketersediaan. Dengan meningkatnya penggunaan perangkat pribadi maupun profesional di lingkungan kerja, keamanan menjadi semakin penting yang lantas memberikan tekanan dan kompleksitas lebih kepada tim TI.
“Organisasi kini dapat melihat AI sebagai lapisan keamanan tambahan untuk mencegah serangan yang akan datang dan risiko downtime pada jaringan,” jelas Robert.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Clara Aprilia Sukandar