Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kenali 6 Karakteristik Smart Pabrik

Kenali 6 Karakteristik Smart Pabrik Kredit Foto: Unsplash/Agto Nugroho
Warta Ekonomi, Jakarta -

Untuk bisa membangun pabrik pintar, ada beberapa unsur yang harus terpenuhi. Delloite menyebutkan setidaknya ada 5 elemen dasar pabrik pintar, meliputi agile, procative, transparan, optimalisasi dan terkoneksi. 

Sementara menurut jurnal MDPI, ada 6 unsur dasar pabrik pintar, meliputi modularitas, interoperabilitas, desentralisasi, virtualisasi, respon secara realtime serta berorientasi pada layanan. Modularitas mengacu pada kemampuan komponen sistem untuk dipisahkan dan dikombinasikan dengan mudah dan cepat (mudah dikonfigurasi ulang dan plug-and-play).

Sementara interoperabilitas mengacu pada kemampuan berbagi informasi teknis antar komponen sistem terrmasuk juga produk dan kemampuan berbagi informasi bisnis antara perusahaan manufaktur dan konsumennya. Adapun desentralisasi mengacu pada elemen sistem (modul, material handling, produk) untuk membuat keputusan dengan cara mereka sendiri tanpa tersubordinasi dengan control unit. 

Virtualisasi mengacu pada lingkungan pabrik buatan dengan cyber physical system/ CPS yang sama dengan lingkungan pabrik sebenarnya serta mampu memonitor dan melakukan simulasi proses fisik. Transparansi informasi di CPS dan agregasi sensor data memungkinkan adanya sebuah sistem virtual yang memungkinkan implementasi desain, purwarupa digital yang sama persis dengan kondisi nyata.

Service orientation mengacu pada perubahan paradigma industri manufaktur yang semula hanya menjual produk, menjadi menjual produk dan layanan. Industri manufaktur akan menjadi penyedia layanna/ jasa seiring dengan produk mereka yang mencapai daya saing yang setara.dengan margin atau profit yang hampir nol. Gamblangnya, seperti bisnis cloud yang mana infrastruktur menggunakan internet sebagai media untuk penawaran atau penjulalan jasa/ layanan dan cloud computing memiliki peranan penting dalam memungkinkan permintaan layanan cloud on demand

Real-time capability (responsiveness) merefers pada kemampuan sistem dalam merespon perubahan secara tepat waktu, misalnya perubahan persyaratan yang diminta konsumen atau status sistem produksi internal (malfungsi atua kegagalan resources). Untuk dapat merespon perubahan persyaratan dari konsumen, informasi harus bisa diakses dan dianalisa secara realtime.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan untuk mengetahui secara realnya apa itu smartfactory, bisa mengacu ke lighthouse atau champion seperti Schneider, Garuda Food, Henkel, Pan Brothers dan Daihatsu. Pabrik-pabrik mereka ini akan menjadi mitra dialog pemerintah dalam mengembangkan smart factory. Adanya mereka akan memberikan gambaran lebih riil kepada para pelaku industri di Indonesia mengenai proses perjalanan transformasi digital industri dan manfaatnya bagi bisnis. 

"Tapi itu saja tidak cukup, kita perlu punya lighthouse yang versi pemerintah. Makanya kita akan membuat satu Gedung Digital Capability Center di Permata Hijau dalam waktu dekat. Gedung ini akan memiliki 7 fasilitas," kata dia kepada Warta Ekonomi belum lama ini.

Baca Juga: Kontribusi Manufaktur Indonesia 20,5% Mampu Peringkat Lima di Dunia

Ketujuh fasilitas itu meliputi Cyber physical research & learning factory, machining & robotic center, process automation center, quality control & maintenance, simulation center & additive manufacturing, metrologi center, big data & analytic center serta mini plant FMCG & smart packaging.

Fasilitas ini diharapkan dapat menjawab beberapa tantangan dalam mengembangkan pabrik pintar di Indonesia, seperti technical standards, cybersecurity/privacy, dan alokasi spectrum. 

Baca Juga: Demi Kualitas, Bos Realme Terjun Langsung ke Pabrik

 

 

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: