Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lazada Berambisi Jadi Amazon Versi Asia Tenggara

Lazada Berambisi Jadi Amazon Versi Asia Tenggara Kredit Foto: Lazada Indonesia
Warta Ekonomi, Jakarta -

Platform belanja daring asal Singapura yang disokong Alibaba, Lazada, menyatakan visinya untuk menguasai bisnis e-commerce dan rantai pasokan (supply chain) di Asia Tenggara, seperti Amazon di Amerika Serikat. Perusahaan akan mewujudkan hal tersebut dengan mengusung konsep shoppertainment, memadukan pengalaman berbelanja dengan hiburan.

Menjelaskan konsep itu, Chief Executive Officer (CEO) Lazada Group, Pierre Poignant mengatakan, fitur siaran langsung yang baru dirilis untuk para penjual di platform mengizinkan konsumen untuk berinteraksi dengan merek-merek di Lazada. Perusahaan itu juga telah mengintegrasikan gamifikasi, influencer, dan konser ke dalam aplikasi, membantunya untuk memanen data pelanggan yang cenderung suka membeli tiket hiburan seperti itu.

"Begitulah cara kami akan menang, dengan menggabungkan belanja dan hiburan," pungkas Poignant di Hotel JW Mariott, Singapura, dilansir dari Mumbrella Asia, Jumat (22/3/2019).

Selain Alibaba, para investor di Lazada, termasuk Tesco dan Temasek. Pada 2017, Lazada juga mengakuisisi platform bahan makanan online Redmart--yang kini telah masuk ke dalam aplikasi tersebut.

Baca Juga: Bangun Ekosistem E-Commerce, Bhinneka dan Lazada Luncurkan Bhinneka Official Store

Lazada telah berinovasi dengan langkah-langkah seperti pembayaran pengiriman, pengiriman hari berikutnya (jika memungkinkan), dan poin penjemputan pelanggan.

Selain pendapatan dari komisi untuk produk vendor yang dijual di situs dan penjualan berbagai produknya sendiri, Lazada juga menerima pendapatan iklan. Seperti Amazon, ia memiliki rantai pasokan dan logistiknya sendiri--sumber pendapatan potensial lainnya karena infrastruktur ini dapat digunakan oleh pemasok lain dengan biaya tambahan.

Cara kerjanya sama seperti Amazon, di mana layanan pasokannya kepada orang lain karena perusahaan memiliki banyak pesawat, kapal, gudang, dan mekanisme pengiriman.

"Kami mengendalikan 80% dari logistik dan rantai pasokan kami sendiri, yang membantu membangun kepercayaan dengan pelanggan," kata Poignant.

Alibaba telah menyatakan ambisinya untuk mencapai 300 juta pelanggan pada 2030. Pada saat yang sama, mereka juga menciptakan 20 juta pekerjaan baru dan delapan juta usaha kecil dan menengah sebagai penjual di platformnya.

Lazada sendiri membual bahwa basis konsumennya adalah 60% wanita karena wanita adalah pengambil keputusan pembelian di rumah tangga Asia. Segmen terlaris di platform adalah elektronik, fesyen, dan barang konsumen yang bergerak cepat.

Baca Juga: Lazada Group Punya Pemimpin Baru

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: