Perusahaan yang dimiliki Sandiaga Uno, yakni PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) berhasil meraih dividen senilai Rp900 miliar dari perusahaan investasinya. Presiden Direktur Saratoga, Michael Soeryadjaya menjelaskan, kinerja perusahaan pada 2018 menggambarkan bahwa strategi investasi yang dilakukan oleh Saratoga mampu menghasilkan hasil investasi yang optimal.
Perusahaan-perusahaan investasi Saratoga juga tumbuh secara positif dan terus meningkatkan nilai tambah perusahaan melalui strategi pertumbuhan organik dan nonorganik.
"Kami bangga dengan kinerja perusahaan investasi kami di tengah tantangan bisnis yang sangat dinamis pada 2018. Disiplin dan kehati-hatian dari tim investasi kami merupakan kunci keberhasilan Saratoga dalam mencapai pengembalian investasi yang optimal," jelas Michael di Jakarta, Rabu (27/03/2019).
Michael juga menjelaskan bahwa pendapatan dividen sebesar Rp900 miliar diperoleh dari enam perusahaan investasi. Hasil ini menunjukkan kinerja operasional dan bisnis yang kuat dari perusahaan investasi.
"Hasil yang diperoleh Saratoga ini sangat menggembirakan. Tidak hanya pertumbuhan pendapatan dividen selama bertahun-tahun, tetapi yang lebih penting, diversifikasi perusahaan investasi yang berkontribusi pada dividen," jelasnya.
Baca Juga: Saratoga Divestasi 16,7% Saham Batu Hitam Perkasa
Pada 2018, Saratoga juga terus mengidentifikasi peluang untuk menambah nilai perusahaan. Salah satunya adalah investasi baru di PT Aneka Gas Industri Tbk (AGII), pemasok gas industri dominan di negara ini. Untuk mengambil keuntungan dari pertumbuhan sektor teknologi, Saratoga juga mulai merambah bisnis startup melalui mitra investasi.
"Perusahaan percaya bahwa sektor teknologi memiliki prospek yang menjanjikan di masa depan karena adanya disrupsi dalam cara hidup kita dan implikasi luas kepada masyarakat," kata Michael menambahkan.
Terkait kerugian sebesar Rp6,2 triliun, Michael menegaskan, itu merupakan rugi buku yang belum direalisasi. Kerugian terjadi akibat volatilitas harga saham sejumlah perusahaan investasi serta kenaikan suku bunga, fluktuasi harga komoditas, dan melemahnya mata uang yang terjadi sepanjang 2018.
"Kerugian itu sebagai dampak penerapan mark to market sejak 2017. Ini adalah rugi buku yang belum direalisasi," tegasnya.
Sebagai perusahaan investasi aktif, kinerja Saratoga memang sangat dipengaruhi oleh perusahaan investasi. Dan hal yang biasa jika nilai investasinya turun ketika perekonomian bergejolak, seperti yang terjadi di 2018.
"Dari waktu ke waktu, kondisi ini normal terjadi di pasar untuk melalui berbagai tahap volatilitas dan sebagai investor jangka panjang, kami tetap percaya diri pada prospek perusahaan investasi. Kami juga yakin bahwa harga saham pada akhirnya akan mampu menyamai fundamental perusahaan," kata Michael optimis.
Baca Juga: Begini Kronologi Penjualan Saham Saratoga yang Buat Sandiaga Raup Dana Rp549,08 M
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Rosmayanti